kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pilah-pilih saham bank, mana yang paling menarik?


Senin, 22 Juni 2020 / 19:51 WIB
Pilah-pilih saham bank, mana yang paling menarik?
ILUSTRASI. Bursa efek indonesia IHSG diproyeksikan menguat, ini rekomendasi saham untuk perdagangan Senin (15/6).KONTAN/akhmad suryahadi


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,25% dari sebelumnya 4,5% pada Kamis (18/6). Ini adalah pemangkasan suku bunga acuan ketiga kalinya sejak awal tahun yang masih ada di 5%.

Analis Henan Putihrai Liza Camelia mengatakan, secara teori pemangkasan suku bunga acuan memang dapat memberikan dampak positif bagi emiten perbankan. Akan tetapi, mengharapkan profit bank dari marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) akan menjadi tantangan tersendiri di tengah kondisi saat ini. Menurutnya, ada ancaman besar mengenai penyaluran kredit menjadi terhambat karena banyak tempat usaha tertekan isu operasional akibat pandemi Covid-19.

Jika ditelusuri lebih jauh, ia menjelaskan, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) perbankan Indonesia di bulan April berada pada level 22,03%, yang menunjukkan masih tetap terjaganya stabilitas sistem keuangan.

Baca Juga: Penyaluran kredit diprediksi lesu, simak rekomendasi analis untuk saham perbankan

"Namun, pertumbuhan sisi kredit hanya 5,7% yoy pada April, lebih rendah ketimbang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yaitu 8,1%, ini menunjukkan fungsi intermediasi yang belum optimum," paparnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/6).

Ia melihat masih ada kemungkinan BI untuk menurunkan kembali suku bunga acuan. Apalagi perhatian utama pemerintah adalah ada kestabilan tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi tombak utama dalam roda perekonomian Indonesia. Dengan penurunan suku bunga, diharapkan jumlah uang yang beredar dan daya beli masyarakat akan meningkat.

Liza menambahkan, pendapatan bank memiliki korelasi erat dengan kondisi ekonomi suatu negara, dimana gross domestic product (GDP) bertindak sebagai leading indikator dari pertumbuhan pinjaman. 

Ia berpendapat, hasil kinerja perbankan pada kuartal I-2020 belum sepenuhnya mencerminkan dampak akibat PSBB dan pandemi.

"Perlu dicermati kembali mengenai hasil kuartal II-2020 emiten-emiten perbankan dengan melihat kembali dampak dari restrukturisasi yang diperkirakan di level 20%-30% dari total kredit," jelasnya.

Terlebih untuk bank yang berfokus pada kredit mikro seperti BBRI dengan total peningkatan kredit yang direstrukturisasi yaitu 6.8% pada kuartal 1 2020 ketimbang tahun lalu hanya 5.7%. 

Di samping itu, peningkatan non performing loan bank menjadi sentimen negatif bagi bank karena akan memotong profit perbankan secara keseluruhan.

Nah, apabila melihat dari proporsi penyaluran kreditnya, BBCA menjadi bank yang terdiversifikasi dengan baik antara kredit korporat, kredit komersial dan Small Medium Enterprise (SME) serta kredit konsumer.

Jika dibandingkan dengan tiga bank besar lainnya, BBCA juga memiliki kredit konsumen paling tinggi yaitu di level 25.5% pada kuartal pertama tahun ini. Sementara untuk perbankan yang memiliki porsi kredit korporasi terbesar adalah BMRI dengan porsi 46,1% dan BBNI dengan komposisi 54,1% pada kuartal pertama 2020.

Sementara itu, BBRI merupakan bank yang paling terdampak pandemi dengan porsi kredit mikro dan SME mencapai 60,9% kredit pada kuartal I-2020.

Kemudian jika melihat dari sisi pertumbuhan kredit, BMRI dan BBCA menunjukkan pertumbuhan tertinggi, yang mana BMRI mencatat peningkatan pertumbuhan kredit 14,2% yoy pada kuartal I-2020 dan BBCA tumbuh 12,1% yoy. 

Baca Juga: Dana Asing Kabur Rp 2,81 T Dalam Sepekan, Ini Daftar Saham yang Paling Banyak Dijual

Oleh karena itu, ia menjagokan saham BBCA dan BBRI sejalan dengan kinerja paling kuat di tengah pandemi ini. Adapun hal penting lainnya sebelum memilih saham bank adalah memperhatikan bank dengan net interest income (NII) yang tinggi.

Secara teknikal, saham BBCA saat ini berada di area support serta tertahan oleh MA20 dengan level support dari titik terendah sebelumnya yaitu Rp 27.500. Apabila melakukan speculative buy di area ini, ia menyarankan pelaku pasar untuk membeli lagi setelah melewati resisten terdekat di atas Rp 28.300 dengan tujuan konservatif jangka pendek di Rp 29.400.

Pada penutupan perdagangan Senin (22/6), harga saham BBCA turun 0,63% ke harga Rp 27.700. Adapun harga saham BMRI melemah 1,43% ke harga Rp 4.810 per saham.

Ia merekomendasikan investor untuk buy on weakness saham BMRI di level Rp 4.700 hingga Rp 4.720.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×