Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,25% dari sebelumnya 4,5% pada Kamis (18/6). Ini adalah pemangkasan suku bunga acuan ketiga kalinya sejak awal tahun yang masih ada di 5%.
Analis Henan Putihrai Liza Camelia mengatakan, secara teori pemangkasan suku bunga acuan memang dapat memberikan dampak positif bagi emiten perbankan. Akan tetapi, mengharapkan profit bank dari marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) akan menjadi tantangan tersendiri di tengah kondisi saat ini. Menurutnya, ada ancaman besar mengenai penyaluran kredit menjadi terhambat karena banyak tempat usaha tertekan isu operasional akibat pandemi Covid-19.
Jika ditelusuri lebih jauh, ia menjelaskan, rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) perbankan Indonesia di bulan April berada pada level 22,03%, yang menunjukkan masih tetap terjaganya stabilitas sistem keuangan.
Baca Juga: Penyaluran kredit diprediksi lesu, simak rekomendasi analis untuk saham perbankan
"Namun, pertumbuhan sisi kredit hanya 5,7% yoy pada April, lebih rendah ketimbang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yaitu 8,1%, ini menunjukkan fungsi intermediasi yang belum optimum," paparnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/6).
Ia melihat masih ada kemungkinan BI untuk menurunkan kembali suku bunga acuan. Apalagi perhatian utama pemerintah adalah ada kestabilan tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi tombak utama dalam roda perekonomian Indonesia. Dengan penurunan suku bunga, diharapkan jumlah uang yang beredar dan daya beli masyarakat akan meningkat.
Liza menambahkan, pendapatan bank memiliki korelasi erat dengan kondisi ekonomi suatu negara, dimana gross domestic product (GDP) bertindak sebagai leading indikator dari pertumbuhan pinjaman.
Ia berpendapat, hasil kinerja perbankan pada kuartal I-2020 belum sepenuhnya mencerminkan dampak akibat PSBB dan pandemi.
"Perlu dicermati kembali mengenai hasil kuartal II-2020 emiten-emiten perbankan dengan melihat kembali dampak dari restrukturisasi yang diperkirakan di level 20%-30% dari total kredit," jelasnya.
Terlebih untuk bank yang berfokus pada kredit mikro seperti BBRI dengan total peningkatan kredit yang direstrukturisasi yaitu 6.8% pada kuartal 1 2020 ketimbang tahun lalu hanya 5.7%.