Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau sempat mengalami penurunan laba bersih, PT Phapros Tbk (PEHA) masih optimistis dapat meraih kinerja yang cemerlang sepanjang tahun ini.
Sekadar catatan, di kuartal I-2019 PEHA mampu mencetak pendapatan sebesar Rp 177,84 miliar atau naik 27% (yoy) dibandingkan kuartal pertama tahun sebelumnya. Akan tetapi, laba bersih perusahaan turun 59,23% (yoy) menjadi Rp 5,08 miliar.
Corporate Secretary PT Phapros Tbk Zahmilia Akbar menyebut, penurunan laba bersih di kuartal pertama disebabkan adanya peningkatan beban keuangan atas aksi korporasi yang dilakukan perusahaan di tahun lalu. Aksi korporasi yang dimaksud adalah akuisisi 55% saham perusahaan farmasi PT Lucas Djaja dan entitas anak yang berlokasi di Bandung.
Meski begitu, penurunan laba bersih tersebut tidak dianggap sebagai kemunduran. “Ini adalah langkah mundur untuk kemudian melompat lebih tinggi dan meraih pertumbuhan kinerja dobel digit di 2019,” ungkap Zahmilia, Jumat (3/5).
Manajemen PEHA pun tetap menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 30% di tahun ini. Zahmilia yakin target tersebut akan tercapai berkat strategi pemasaran yang lebih masif, peningkatan efisiensi, dan inovasi dalam pengembangan produk.
Penopang utama kinerja PEHA di tahun ini masih berasal dari segmen produk obat generik. Ini mengingat emiten tersebut memiliki 190 produk obat generik dengan kontribusi terhadap pendapatan lebih dari 50%.
Segmen tersebut dinilai masih dapat berkembang. Maka dari itu, PEHA tetap rajin meluncurkan produk-produk obat baru. “Kami akan menambah 12 produk obat baru sepanjang tahun ini,” ujar Zahmilia.
Selain itu, PEHA juga tengah mengembangkan fasilitas produksi cartridge ampoule (carpoule) Pehacain untuk obat anestesi gigi dengan cara transfer teknologi. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, PEHA mengeluarkan dana secara bertahap sekitar Rp 50 miliar untuk pengembangan produk tersebut.
Untuk menunjang ekspansi tersebut, PEHA telah memperoleh perizinan percepatan pengedaran produk impor melalui special access scheme (SAS). Kemudian, di bulan April lalu PEHA mengimpor carpoule dari perusahaan Pierrel yang dikenal sebagai produsen produk obat dan alat kesehatan gigi yang berpusat di Napoli, Italia.
Setelah itu, barulah emiten yang belum lama ini diakuisisi oleh PT Kimia Farma Tbk tersebut membangun infrastruktur produksi. Diharapkan produk anestesi obat gigi milik perusahaan dapat diluncurkan awal tahun 2021 mendatang.
Meski begitu, Zahmilia tak menampik bahwa masih ada sejumlah tantangan bisnis yang bisa menghadang PEHA di tahun ini. Salah satunya adalah volatilitas nilai tukar rupiah. “Ini cukup berdampak karena hampir 90% bahan baku produk obat kami masih diimpor dari luar negeri,” ujarnya.
Untuk mengantisipasinya, PEHA berupaya mencari sumber bahan baku alternatif. Jika dirinci, perusahaan akan membeli bahan baku dengan menggunakan mata uang negara yang lebih stabil. Selain itu, emiten tersebut juga akan melakukan kontrak jangka panjang untuk pembelian bahan baku dengan harga tetap dan kuantitas yang disyaratkan selama dua tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News