Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan kuartal PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pada kuartal III-2017 cenderung flat. Analis memperkirakan, kinerja PGAS tahun ini juga tidak sebagus tahun lalu. Namun analis percaya, performa emiten ini akan meningkat di tahun depan.
Rencana holding BUMN migas pun dinilai bagai pisau bermata dua. Analis Indo Premier Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan, pembentukan holding antara PGAS dengan PT Pertamina bertujuan agar tidak terjadi dualisme pengelolaan gas domestik.
Rencana tersebut juga dapat mempercepat pembangunan infrastruktur gas. Dus, Chandra berharap PGAS bisa memperluas jaringan bisnisnya sehingga kinerjanya bisa terdongkrak.
Namun, dalam situasi tertentu, PGAS harus meminta persetujuan holding jika ingin menggelar aksi korporasi. Alhasil, "Fleksibilitas PGAS bisa terganggu," kata Chandra, Kamis (21/12).
Di samping itu, PGAS masih berhadapan dengan sentimen negatif berupa putusan bersalah oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait monopoli distribusi gas di Medan, Sumatra Utara. Akibatnya, PGAS didenda Rp 9,92 miliar. "Ada kekhawatiran, investor melakukan aksi net sell terhadap PGAS," imbuh Chandra.
Sentimen tersebut bisa memperberat langkah PGAS dalam memperbaiki kinerjanya di kuartal IV. Padahal di kuartal III-2017, kinerja keuangan PGAS kurang mentereng.
Laba bersih emiten ini hanya US$ 97,9 juta, melorot dari periode yang sama tahun sebelumnya, US$ 241,9 juta. Pendapatan PGAS pun hanya naik tipis dari US$ 2,15 miliar pada kuartal III-2016 menjadi US$ 2,16 miliar pada kuartal III-2017.
Kurniawan Sudjatmiko, Analis Ciptadana Sekuritas, mengatakan, kenaikan beban pajak tak sebanding dengan kenaikan laba. Hingga akhir kuartal III-2017, beban pajak PGAS mencapai US$ 88 juta, sedangkan di akhir kuartal III 2016 hanya US$ 50 juta. Perlambatan ekonomi nasional selama dua kuartal awal tahun ini juga menjadi penyebab mandeknya kinerja PGAS.
Namun, sebenarnya sudah ada perbaikan kinerja PGAS sejak kuartal III. Ini terlihat dari peningkatan volume distribusi gas dari 682 mmscfd pada kuartal II menjadi 803 mmscfd pada kuartal III. "Secara QoQ, laba bersih perusahaan naik menjadi US$ 48 juta di kuartal III-2017, padahal di kuartal II-2017 sempat merugi US$ 47 juta," kata Kurniawan dalam riset 30 Oktober.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Arandi Ariantara menambahkan, dalam jangka pendek kinerja PGAS bisa membaik. Sebab, dalam dua tahun terakhir volume distribusi gas oleh PGAS selalu mencapai level tertingginya pada kuartal IV.
Dalam riset 9 November, ia mencontohkan di kuartal IV-2015 volume distribusi gas PGAS menyentuh angka 841 mmscfd. Sementara di kuartal IV-2016, volume distribusi gas PGAS mencapai 833 mmscfd.
Chandra memprediksi kinerja keuangan PGAS tidak akan sebaik tahun lalu. Akhir tahun ini, pendapatannya diperkirakan hanya US$ 2,82 miliar dan laba bersih US$ 257 juta. Tapi ia memprediksi pendapatan dan laba bersih PGAS naik menjadi US$ 2,95 miliar dan US$ 302 juta di tahun depan.
Kurniawan dan Chandra sama-sama merekomendasikan hold PGAS dengan target harga masing-masing Rp 1.760 dan Rp 1.840 per saham. Sedangkan Arandi memberi rekomendasi buy dengan target harga Rp 2.200 per saham. Kemarin (21/12), harga saham PGAS Rp 1.715, turun 2,28% dari hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News