Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Peristiwa ditembaknya pesawat penerbangan sipil milik Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 turut mempengaruhi pergerakan mata uang ringgit. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada penutupan akhir pekan, ringgit melemah 0,2% menjadi 3,1832 per dollar AS.
Bahkan pada transaksi sebelumnya, pelemahan ringgit mencapai 0,6% menjadi 3,1955 yang merupakan pelemahan harian terbesar sejak 11 April lalu.
"Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines tidak membantu sentimen ringgit. Investor saat ini menghindari aset-aset emerging market menyusul kian meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah," jelas Saktiandi Supaat, head of foreign exchange research Malayan Banking Bhd di Malaysia.
Sementara, FTSE Bursa Malaysia KLCI Index ditutup turun 0,5% menjadi 1.872,97. Ini merupakan level terendah sejak 16 Juni lalu. Sedangkan saham Malaysian Airline System Bhd anjlok 11%, terbesar sejak 19 Mei lalu.
Sekadar mengingatkan, pesawat MH 17 mengangkut 283 penumpang dan 15 awak kabin. Dari jumlah tersebut, 154 di antaranya merupakan warga negara Belanda, 43 penumpang warga Malaysia, dan sisanya berasal dari Inggris, Jerman, Belgia, Indonesia dan Kanada.
"Penembakan pesawat tersebut semakin meningkatkan risiko geopolitik dan memicu kecemasan investor. Kejadian itu yang mendorong aksi jual di pasar saham emerging dan mata uangnya," jelas Lam Chee Mun, fund manager TA Investment Management Bhd.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News