Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Hasil positif diraih PT Jaya Agra Wattie dalam penjajakan awal minat investor untuk penawaran saham perdana ke publik (IPO). Selama masa roadshow dan pembentukan buku (bookbuilding), permintaan yang masuk dari para investor cukup membludak.
Bukan cuma membludak, Jaya Agra bahkan mengkalim mengalami kelebihan permintaan. "Oversubscribed saham kami lebih dari dua kali," kata Bambang S. Ibrahim, Direktur Keuangan Jaya Agra Wattie, pada akhir pekan lalu (13/5).
Mardi Sutanto, Direktur Investment Banking PT OSK Nusadana Securities Indonesia, penjamin emisi IPO Jaya Agra, mengamini hal itu. "Tapi kami belum bisa memberitahu harga IPO sampai proses di Bapepam-LK usai," katanya kepada KONTAN, Jumat lalu.
Sekadar mengingatkan, Jaya Agra menawarkan saham perdana di kisaran Rp 480 - Rp 670 per saham. Perusahaan ini berniat menjual 1,132 miliar saham atau setara 30% dari total saham ke publik. Artinya, dari hajatan ini perusahaan perkebunan tersebut bisa meraup dana segar maksimal Rp 760 miliar.
Demi menjaring minat investor, sebelumnya Jaya Agra Wattie telah menggelar roadshow ke tiga kota di luar negeri, yakni Singapura, Kuala Lumpur, dan Hong Kong.
Rencananya, Jaya Agra akan melakukan pendistribusian saham pada 27 Mei nanti. Pencatatan saham ditargetkan tanggal 30 Mei 2011.
Dana hasil IPO nanti bakal dipakai untuk membiayai penanaman karet, kelapa sawit, dan pembangunan pabrik. Jaya Agra juga akan menambah penyertaan modal di anak-anak perusahaan. Suntikan modal itu untuk membiayai penambahan fasilitas di anak-anak usahanya.
Selain itu Jaya Agra akan mengalokasikan 10% dana IPO untuk biaya penambahan lahan baru, modal kerja dan belanja modal. Perusahaan ini menargetkan belanja modal Rp 179 miliar tahun ini.
Belanja modal tersebut dialokasikan untuk penanaman lahan baru seluas 1.000 hektar (ha), pemeliharaan tanaman sawit dan karet, serta pembangunan infrastruktur. "Sumber belanja modal berasal dari kas internal kami. Dari IPO hanya sedikit yang akan dipakai," kata Bambang.
Jaya Agra menargetkan laba bersih tahun ini tumbuh 120%. Tahun lalu laba bersih perusahaan ini mencapai sekitar Rp 80 miliar. Perusahaan ini juga menargetkan pendapatan akan meningkat 80% dari Rp 413 miliar di 2010.
Proyeksi tersebut ditetapkan berdasarkan kenaikan harga karet dan kelapa sawit. Jaya Agra juga yakin produksi kedua komoditas tersebut akan naik tahun ini. "Tahun lalu produksi kelapa sawit 19.000 ton, tahun ini diharapkan bisa 21.600 ton. Kalau karet tahun lalu 8.600 ton, tahun ini ditargetkan bisa mencapai 10.700 ton," jelas Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News