Reporter: Sanny Cicilia, Albertus M Prestianta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Industri telekomunikasi (telko) kini memasuki medan persaingan yang baru. Bisnis suara dan pesan singkat yang dianggap telah mencapai masa jenuh, mendorong penyedia jasa telko memperebutkan pasar baru, yaitu layanan data.
Yang penting bagi perusahaan telko saat ini kesiapan modal untuk mengembangkan bisnis baru ini. Investasi layanan data memang tidak kecil. Meski terbilang jalur baru, persaingan di antara emiten di bursa sudah terlihat ketat.
"Kini perusahaan telko tengah berlomba-lomba membangun infrastruktur untuk memperluas dan meningkatkan layanan data," kata Raditya C. Artono, analis Mandiri Sekuritas, akhir pekan lalu.
Bagi Raditya, pemain terbesar Tanah Air seperti PT Telokomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tidak akan terlalu kesulitan memenuhi persyaratan dana. Saat ini, TLKM mengembangkan layanan data melalui Speedy dan Flash.
Namun, Raditya memilih PT Indosat Tbk (ISAT) yang dianggap masih membukukan keuntungan menarik, dibanding kompetitornya, TLKM, dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) di semester I-2011.
Rencana ISAT menjual 4.000 menara yang dianggap kurang memberikan pendapatan signifikan dinilai positif karena memungkinkan emiten itu mendapatkan modal segar untuk ekspansi. Beban utang ISAT juga turun karena sepanjang semester I-2011, emiten itu sudah melunasi utang Rp 2,6 triliun.
Di luar tiga pemain utama, dua emiten lain yang ikut meramaikan pasar layanan data adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Berdasarkan laporan keuangan semester I-2011, kedua emiten ini masih menderita rugi.
Namun bagi Reza Priyambada, Managing Research dari Indosurya Asset Management, BTEL menarik karena likuid.
Margin tergerus
Ketatnya persaingan bisnis seluler ditandai dengan kinerja emiten halo-halo yang mendatar dan cenderung turun. “Pendapatan TLKM dan ISAT cenderung datar-datar saja, dan EXCL malah cenderung turun,” kata dia.
Dalam penilaian James R Sullivan, analis JP Morgan, penyebabnya adalah persaingan tarif yang berimbas pada pemangkasan margin. Ini sudah terlihat sejak laporan keuangan akhir 2010.
Dalam catatan tim riset JP Morgan, TLKM, ISAT, dan EXCL memperlihatkan pencapaian pendapatan yang lemah di kuartal II-2011. Bahkan, EXCL, harus mengalami penurunan pendapatan. Sementara, ISAT dan TLKM mengalami pertumbuhan single digit. Rendahnya margin juga terlihat dari lemahnya laba sebelum pajak, bunga, dan amortisasi (EBITDA).
Dalam risetnya, Sullivan memilih ISAT sebagai pilihan saham telko. Alasannya, ISAT bisa menumbuhkan margin EBITDA sebesar 1,7% year on year di kuartal II-2011.
Sementara margin EXCL merupakan yang terendah dengan pelemahan sebesar 1,1% per satu tahun. Ini merupakan penurunan margin pertama EXCL sejak kuartal III-2009. “ISAT terlihat paling menarik,” kata Sullivan.
Proyeksi dia, ISAT memiliki potensi kenaikan margin 1,1% di tahun 2012. Kinerja ISAT mendapat dukungan dari kenaikan jaringan belanja operasional dan efisiensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News