Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Beberapa perusahaan bermaksud akan melakukan initial public offering (IPO) tahun 2017 ini. Beberapa sentimen positif seperti kondisi ekonomi makro, membuat perusahaan tak ingin kehilangan momentum yang baik. Hingga saat ini, sedikitnya sudah ada lima perusahaan yang resmi melantai di bursa saham.
Bima Setiaji, analis NH Korindo Sekuritas menyatakan perusahaan yang melakukan IPO rata-rata bertujuan untuk mendapatkan dana ekspansi maupun untuk membayar utang.
Dengan kondisi ekonomi makro yang membaik, maka akan memberikan stimulus bagi industri untuk bertumbuh. "Demand akan semakin banyak, sehingga perusahaan juga memerlukan uang untuk ekspansi," ujar Bima kepada KONTAN, Selasa (9/5).
Diprediksi tahun ini, jumlah perusahaan yang melakukan IPO bisa lebih banyak dari tahun sebelumnya. Sebab, pada tahun lalu banyak perusahaan yang mengalami kerugian. Sehingga, dengan adanya kondisi ekonomi yang baik, perusahaan-perusahaan menggunakan kesempatan tahun ini untuk meningkatkan kinerja.
Selain itu, net buy asing yang masih terjadi juga menjadi sentimen positif bagi perusahaan untuk maju melakukan IPO. Artinya, investor asing juga melihat bahwa pasar bursa saham di Indonesia masih menarik. "Perusahaan akan beranggapan bahwa dana IPO yang masuk bisa maksimal," katanya.
Pada kuartal pertama tahun ini, aksi IPO belum banyak menunjukkan emiten kelas kakap yang masuk. Namun, dia memprediksi, tahun ini beberapa emiten berkapitalisasi besar akan masuk ke pasar bursa. Misalnya saja anak-anak perusahaan BUMN yang rencananya akan melakukan IPO.
Dia memprediksi, perusahaan besar masih melihat bagaimana reaksi pasar dari perusahaan yang melakukan IPO di awal tahun ini. "Yang besar sedang melihat dulu, kalau serapannya maksimal, maka dana yang akan dibidik juga bisa maksimal," ujarnya.
Sementara itu, dia mencermati tren IHSG yang terus naik. Dengan harga IHSG yang mahal, maka harga IPO bisa lebih mahal. Untuk itu, dia menyarankan agar investor memperhatikan valuasi perusahaan yang akan dimasuki. Investor lokal yang melakukan profit taking, juga bisa menjadi sentimen negatif.
Dia mencermati, perusahaan sektor infrastruktur dan konstruksi akan menjadi yang paling menarik. Hal itu tak terlepas dari dukungan dan rencana pemerintah dalam pengembangan infrastruktur. "Oleh karena itu, perusahaan akan membutuhkan dana yang besar," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News