Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Membaiknya kondisi pasar domestik bakal menekan kenaikan porsi Surat Berharga Negara (SBN) pada reksadana sepanjang tahun 2016.
Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan optimistis, pada tahun 2016, porsi SBN dalam reksadana masih akan menggemuk. Namun, pertumbuhannya lebih minim dibandingkan kenaikan pada tahun 2015.
Serupa, Mark Prawirodidjojo, Research Analyst Infovesta Utama menerawang penambahan kepemilikan SBN oleh reksadana pada tahun 2016 akan lebih pelan ketimbang tahun 2015.
Faktor pendorongnya, kondisi pasar sepanjang tahun 2016 diprediksi lebih stabil. Misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang diprediksi mencapai 5,3%. Inflasi sepanjang tahun ini juga diduga bakal terjaga di kisaran 4% (±1%).
“Hal ini akan membuat fokus pasar cenderung beralih ke investasi berbentuk saham dibandingkan obligasi,” paparnya.
Artinya, investor bakal lebih berani memarkirkan dana pada aset berisiko semisal reksadana berbasis saham ketimbang reksadana berbasis obligasi guna mendulang return tinggi. Kebutuhan manajer investasi terhadap efek saham menjadi lebih besar ketimbang efek surat utang.
Ariawan menambahkan, apalagi ada peluang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan yang saat ini bertengger di level 7,5%. Situasi ini juga membuka kesempatan bagi yield Surat Utang Negara (SUN) untuk menyusut.
“Manajer investasi akan masuk ke obligasi korporasi yang memberikan return lebih menarik. Permintaan SBN tahun ini diprediksi tidak sebesar tahun lalu,” terangnya.
Alasannya, mayoritas manajer investasi menggenggam SUN hingga jatuh tempo alias hold to maturity. Sehingga mereka lebih membidik instrumen investasi yang bisa memberikan imbal hasil tinggi. Hanya sebagian pelaku manajer investasi yang trading SUN guna memperoleh kenaikan harga (capital gain).
Namun, Ariawan berpendapat, umumnya manajer investasi mengombinasikan obligasi bertenor pendek, menengah hingga panjang sesuai kebutuhan dan strategi produk kelolaan perusahaan masing-masing.
Ariawan memproyeksikan, akhir tahun 2016, porsi SBN di reksadana akan mencapai Rp 75 triliun – Rp 80 triliun.
Asal tahu, merujuk situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, porsi SBN di reksadana pada Desember 2015 mencapai Rp 61,6 triliun.
Angka tersebut menggemuk Rp 15,81 triliun atau sekitar 34,52% dibandingkan posisi akhir tahun 2014 sebesar Rp 45,79 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News