Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) memasang target optimistis di bisnis perdagangan karbon. Manajemen berekspektasi pendapatan carbon credit PGEO akan tumbuh dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Sebagai perbandingan, tahun lalu, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini mengeduk pendapatan baru dari carbon credit sebesar US$ 747.000.
Meski demikian, pada laporan keuangan per kuartal pertama 2023, PGEO terpantau belum membukukan pendapatan dari bisnis perdagangan karbon. Muhammad Taufik, Manager Corporate Communication & Stakeholder Management Pertamina Geothermal Energy mengatakan, sampai saat ini PGEO masih terus melakukan usaha untuk tetap membukukan pendapatan dari segmen carbon credit di tahun 2023.
Hal ini dibuktikan dengan telah adanya perjanjian transaksi karbon di Area Lahendong bersama perusahaan induk PGEO, yaitu PT Pertamina Power Indonesia.
Baca Juga: M Cash (MCAS) Targetkan Pendapatan Naik 10% hingga 15% pada Tahun 2023
Pada keterbukaan informasi yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia April 2023, potensi total nilai transaksi perdagangan carbon credit dari PLTP Lahendong Unit 5 & 6 adalah sebesar US$ 1,93 juta, dengan objek transaksi perdagangan carbon credit adalah 1,49 juta verified carbon units (VCU).
Manajemen merinci sejumlah manfaat dengan adanya transaksi karbon dengan PT Pertamina Power Indonesia. Pertama, perdagangan carbon credit sebagai bisnis baru di Indonesia dan Pertamina Group membutuhkan proses administrasi dan waktu yang cukup panjang.
Khususnya proyek karbon kredit yang menggunakan Verified Carbon Standard (VCS) akan lebih efisien untuk diintegrasikan dan diakumulasikan oleh Pertamina Power Indonesia.
Dengan ini, potensi buyer carbon credit akan relatif memilih membeli dengan skala transaksi yang relatif besar agar memudahkan proses administrasi proses bisnis carbon credit trading.
Kedua, PGEO dapat memanfaatkan potensi jaringan Pertamina Power Indonesia yang lebih luas. Dengan dimandatkannya Pertamina Power Indonesia sebagai carbon market aggregator, Pertamina Power Indonesia telah menjaring dan cukup dikenal sebagai perwakilan dari Pertamina Group sebagai pemain dalam bisnis carbon credit trading.
Baca Juga: Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) Resmikan Depo ke-4 di Makassar
Berangkat dari ini, Pertamina Power Indonesia telah memiliki dan menjalin beberapa potential off taker dengan variasi informasi harga yang didapat agar proyek Karbon Kredit Area Lahendong 5 dan 6 dapat terjual dengan harga yang lebih tinggi.
“Ke depannya, pendapatan carbon credit PGEO diharapkan akan terus tumbuh mengingat saat ini PLTP lain dengan potensi yang besar seperti Lumut Balai, Ulubelu, Lahendong sedang menjalankan verifikasi agar dapat segera menghasilkan pendapatan baru dari carbon credit,” kata Taufik kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News