CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.902   -8,00   -0,05%
  • IDX 7.161   -53,29   -0,74%
  • KOMPAS100 1.093   -9,23   -0,84%
  • LQ45 870   -5,50   -0,63%
  • ISSI 216   -1,84   -0,84%
  • IDX30 446   -2,21   -0,49%
  • IDXHIDIV20 539   -0,29   -0,05%
  • IDX80 125   -1,02   -0,81%
  • IDXV30 136   0,09   0,06%
  • IDXQ30 149   -0,46   -0,31%

Persediaan AS melambung, harga minyak makin tertekan


Kamis, 16 April 2020 / 16:20 WIB
Persediaan AS melambung, harga minyak makin tertekan
ILUSTRASI. Harga minyak WTI sempat menyentuh level terendah sejak Februari 2002.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak dunia tak kunjung berhasil keluar dari tekanan. Merujuk Bloomberg, pada pukul 15.30 WIB, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Mei 2020 di Nymex berada di level US$ 19,85 per barel sebelum menguat lagi ke atas US$ 20 per barel setelah pukul 16.00 WIB.

Level tersebut merupakan rekor level terendah minyak dunia sejak Februari 2002. Padahal beberapa hari yang lalu harapan sempat muncul ketika OPEC dan Rusia sepakat memangkas produksi minyak hingga 9,7 juta barel per hari. Namun rupanya perkembangan terbaru membuat yang terjadi justru sebaliknya, minyak dunia kembali diliputi sinyal negatif.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, dalam sehari terakhir telah terjadi beberapa laporan yang pada akhirnya menekan harga minyak dunia. Laporan pertama disebut Faisyal datang dari Badan Administrasi Informasi Energi  atau Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS).

“Semalam EIA melaporkan cadangan minyak AS naik sebesar 19,2 juta barel. EIA juga melaporkan jumlah konsumsi bahan bakar di AS juga mencapai level terendah dalam tiga dekade terakhir,” ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Kamis (16/4).

Baca Juga: Harga minyak WTI ke US$ 19,83 per barel, terendah sejak Februari 2002

Faisyal menjelaskan, dampak laporan ini semakin meningkatkan kekhawatiran yang terjadi di pasar. Setelah minyak dunia semakin oversupply, keadaan diperparah dengan semakin melambatnya permintaan terhadap minyak dunia. Hal inilah yang pada akhirnya disebut Faisyal membuat harga minyak dunia kembali berada dalam tren negatif.

Selain masalah dari AS, analis Central Capital Futures Wahyu Laksono juga menyebut pelemahan harga minyak dunia tidak terlepas dari aksi Arab Saudi baru-baru ini. Di tengah rumitnya kebijakan pemangkasan produksi yang tak kunjung menemui titik terang, Arab Saudi disebut Wahyu justru memunculkan masalah baru.

“Kesepakatan kemarin seharusnya mengakhiri perang harga antara Arab Saudi dengan sisa anggota OPEC+. Nyatanya Aramco, perusahaan besar minyak di Arab, justru kembali memberi diskon harga minyak pada Mei mendatang,” terang Wahyu.

Baca Juga: Harga minyak masih anjlok, Arab Saudi cari utang

Harga tersebut disebut Wahyu sama dengan rata-rata harga produksi minyak Oman dan Dubai. Dengan arti lain, Arab Saudi kembali memicu perang harga di tengah rendahnya permintaan dan kelebihan pasokan minyak dunia yang sudah menekan harga minyak serendah saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×