Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Hendy pun cukup jeli dan selektif dalam memilih lokasi. Dia memilih properti yang terletak di kawasan pusat bisnis seperti central business district (CBD) Kuningan hingga Kemang. Investasi properti ini dinilai cocok bagi orang yang ingin menghindari instrumen investasi yang sifatnya berisiko tinggi.
Sementara 30% keranjang investasinya disebar di aset saham, obligasi dan deposito. Nah, meski risikonya cukup tinggi, jika investor benar dalam memilih suatu saham yang tepat, investasi saham dinilai bisa menghasilkan imbal hasil, (baik capital gain maupun dividen) yang lebih besar dari bunga obligasi, deposito, maupun tabungan.
Hendy menegaskan jangan pernah melakukan investasi karena hanya dengar-dengar atau ikut-ikutan orang lain. Pun, jangan berinvestasi pada sesuatu yang tidak dimengerti. Hendy juga menganjurkan jangan berinvestasi pada perusahaan maupun perorangan yang menjanjikan imbal hasil yang sangat besar dan menggiurkan.
“Jika Anda ingin berinvestasi saham, baca dulu prospektusnya, pelajari dulu laporan keuangannya. Lihat rasio-rasio keuangannya, lihat utangnya, lihat modalnya, lihat cash flow-nya,” saran dia.
Baca Juga: Cuan Gede Saat Krisis Keuangan, Ini Kiat Investasi CEO TOYS Iwan Tjen Saat Pandemi
Pentingnya aspek fundamental
Pria penyuka traveling ini pun tidak segan memberikan tips berinvestasi bagi pembaca Kontan.co.id. Jika seseorang ingin berinvestasi dalam pasar saham, maka seseorang harus memastikan bahwa saham tersebut bukan saham gorengan, yakni saham yang naik turunnya diatur oleh para bandar.
Saham tersebut harus berkinerja baik. Indikasinya, bisa dilihat apakah perusahaan ini sering membagikan dividen. Yang terpenting adalah aspek fundamental. Calon investor juga harus menganalisis laporan keuangan, melihat rasio keuangannya, hingga mencermati struktur utang dan modalnya.
Ia pun menilai selalu ada peluang untuk mencuil cuan di pasar saham walaupun saat ini dunia sedang dilanda pandemi Covid-19. Contohnya, investor bisa berinvestasi pada saham-saham farmasi dimana saat ini permintaan akan obat dan farmasi melonjak tajam.
Sebagai orang yang sudah cukup lama berkecimpung, Hendy pun menaruh asa bagi kemajuan pasar modal tanah air. Hendy menilai, pasar modal Indonesia masih kekurangan investor dengan orientasi jangka panjang dan kebanyakan investor saat ini hanya investor jangka pendek saja. Alhasil, harga saham saat ini pun lebih dinamis (volatile) dibandingkan dulu.
“Dulu tahun 1990-an kebanyakan merupakan investor jangka panjang. Beli dalam jumlah banyak dan memegang dalam waktu lama. Semoga ke depan semakin banyak investor jangka panjang baik dalam negeri maupun luar negeri yang datang,” pungkas dia.
Baca Juga: Mengintip portofolio investasi CEO Sunindo Adipersada (TOYS) Iwan Tirtha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News