Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Mata uang Republik Rakyat China, yuan atau renminbi masuk dalam jajaran 10 mata uang yang paling sering diperdagangkan di dunia. Ini merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Bank of International Settlements (BIS).
Renminbi berada di posisi sembilan dari sepuluh daftar survei BIS. Itu artinya, yuan melompat delapan peringkat dari posisi 17 saat survei yang sama dilakukan tiga tahun lalu. BIS mencatat, pertumbuhan penggunaan renminbi di luar China naik 3,5 kali menjadi US$ 120 miliar per hari sejak survei terakhir.
Saat ini, renminbi adalah mata uang ketiga terbesar dari sisi nilai transaksi yang kerap digunakan untuk transaksi letter of credit (L/C). Bisa jadi, suatu saat nanti, China bisa mengambil alih posisi AS sebagai negara ekonomi dunia terbesar di pertengahan tahun 2020-an.
Apalagi, China kini sudah menjadi eksportir terbesar dunia. Di Indonesia, China berhasil menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dan menyingkirkan Jepang. Hal ini terjadi karena tingginya transaksi perdagangan kedua negara.
Managing Director of Global Markets HSBC Indonesia Ali Setiawan menilai, penggunaan renminbi dalam transaksi perdagangan bisa mengurangi demand atau permintaan terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Hal ini menurutnya baik, lantaran bisa mengurangi ketergantungan Indonesia atas dollar AS. Terlebih, suplai atau ketersediaan dollar AS di pasar domestik minim, sehingga mendorong pelemahan nilai tukar rupiah.
Ali bilang, tidak mustahil jika nanti perdagangan antar negara tak lagi terpaku pada dollar AS, namun memiliki alternatif lain berupa yuan atau renminbi. Lebih lanjut Ali mengungkapkan, pemerintah negeri Tirai Bambu itu juga sudah mulai membuka diri, dan menjadikan mata uangnya sebagai mata alat pembayaran di pasar dunia.
"Bisa didorong penggunaan mata uang renminbi. Karena hal itu merupakan salah satu inisiatif meeting di China, mereka sudah mulai membuka diri untuk transaksi di pasar internasional," kata Ali di Jakarta, Rabu (4/12).
Lebih lanjut Ali mencontohkan, beberapa peraturan terkait penggunaan renmnbi di pasar internasional adalah mengenai kepemilikan akun renminbi bagi non-residen, yang saat ini sudah diberi kemudahan. Selain itu, transaksi renminbi antara residen dengan non-residen sudah bisa secara langsung dilakukan.
"Interaksinya sudah mulai terlihat. Kalau dulu masih tertutup, sekarang sepertinya sudah akan dibuka. China ingin renminbi aktif di pasar internasional, sehingga tidak mustahil transaksi-transaksi trading countries dengan China bisa menggunakan renminbi, bukan lagi dengan dollarAS," jelas Ali.
Ia menyebutkan, penggunaan renminbi sebagai mata alat bayar perdagangan internasional merupakan salah satu alternatif yang bisa mengurangi beban ketergantungan terhadap dollar. Dengan begitu, depresiasi rupiah pun diharapkan berangsur-angsur berkurang.
"Saya lihat pemerintah China niatnya ingin menginternasionalkan mata uangnya, tapi secara bertahap dan perlahan-lahan," ungkap Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News