kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perkembangan kasus Asabri akan memperberat pergerakan saham-saham ini


Kamis, 04 Februari 2021 / 07:25 WIB
Perkembangan kasus Asabri akan memperberat pergerakan saham-saham ini


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada perkembangan baru kasus PT Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri). Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung menetapkan 8 tersangka dalam kasus korupsi Asabri, Senin (1/2). 

Menurut catatan Kontan.coid sebelumnya, tersangka kasus Asabri langsung ditahan pada Senin 1 Februari 2021 malam. Adapun inisial delapan tersangka tersebut adalah ARD, SW, HS, BE, IWS, LP, BT, dan HH.

Pengamat pasar modal sekaligus Direkrur Avere Investama Teguh Hidayat mengungkapkan, kejelasan kasus ini dapat menekan saham-saham yang ada dalam portofolio Asabri. "Dalam jangka panjang kalau misal masalah Asabri ini berlanjut, semestinya saham-saham akan turun lagi. Sebab, orang akan tahu saham-saham tersebut gorengan," ujar Teguh kepada Kontan.co.id, Rabu (3/2). 

Berdasar penelusuran Kontan.co.id, ada 17 saham dalam portofolio Asabri yakni INAF, MYRX, BBYB, NIKL, PPRO, IIKP, BTEK, FIRE, RIMO, PCAR, KAEF, HRTA, SMRU, POLA, SDMU, POOL, dan ICON. Beberapa saham terjebak dalam level terendah Rp 50 atau saham gocap, yakni MYRX, IIKP, BTEK, RIMO, SMRU, SDMU, dan POOL

Baca Juga: Jiwasraya bakal jual 10 aset properti di Menteng, berapa harganya?

Sementara sepuluh saham lainnya masih mencatatkan pergerakan. Hingga penutupan perdagangan kemarin, enam dari sepuluh saham itu masih mengalami penguatan, seperti INAF (5,98%), BBYB (1,22%), PPRO (1,35%), KAEF (8,36%), HRTA (2,78%), dan ICON ( 4,76%).

Berdasar pengamatan Teguh, saham-saham dalam portofolio Asabri yang menguat kemarin bukan karena digoreng, melainkan mekanisme pasar yang wajar. Akan tetapi, kenaikannya dipicu oleh kondisi pasar atau IHSG yang sedang bullish saja. 

Oleh karena itu, terhadap saham-saham tersebut, Teguh cenderung menghindarinya. Ke depan, Teguh melihat ada peluang saham-saham itu tertekan seiring dengan kejelasan kasus Asabri. 

Baca Juga: Deja Vu, Kasus Asabri Mirip Jiwasraya

Tidak jauh berbeda, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan, perkembangan kasus Asabri seharusnya menjadi sentimen pemberat bagi saham-saham yang tercatat dalam portofolionya. Sebab, kasus ini membentuk citra Asabri sebagai bandar, sementara saham-saham portofolionya sebagai saham gorengan. 

Terkait beberapa saham dalam portofolio Asabri yang masih menguat, Reza mengaku hal tersebut tidak inline atau beriringan dengan perkembangan kasus. Menurut dia ada sentimen lain yang mengerek saham-saham itu, misal INAF dan KAEF yang saat ini dipandang cukup murah dibanding ketika menyentuh harga Rp 7.000-an.  Ini mendorong pelaku pasar untuk kembali mengoleksinya. Di sisi lain, ada sentimen soal vaksinasi yang masih berlangsung. 

Sementara terhadap sahan-saham yang mentok di harga Rp 50, Reza menyarankan untuk wait and see sambil menunggu sentimen-sentimen yang bisa menggerakkan. Misalnya saja, kabar mengenai investor yang berpotensi masuk ke saham tersebut ataupun berita lainnya. Setelahnya, baru akan lebih terlihat prospek saham-saham gocap itu ke depan.

 Baca Juga: Soal potensi tuntutan kepada tersangka Asabri, Kejagung: Masih tahap penyidikan

Untuk saham-saham di luar gocap, Reza mengingatkan investor untuk memperhatikan fundamentalnya dan isu yang beredar di pasar. Reza tidak memungkiri, tanpa fundamental yang baik, pelaku pasar sebenarnya bisa memanfaatkan kenaikan harga karena sentimen berita positif

"Cuma risikonya saham-saham yang responsif atau rentan pemberitaan itu biasanya sifatnya short term. Jatuhnya lebih ke trading," ungkap dia, Rabu (3/2). Jika tertarik trading, Reza menekankan agar investor memiliki rencana trading yang pasti, seperti target harga untuk masuk maupun keluar. Ia juga mengingatkan, jangan melakukan trading karena ikut-ikutan. 

Baca Juga: Kerugian negara dalam kasus Asabri ditaksir mencapai Rp 23,73 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×