Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama Kresna Sekuritas, Octavianus Budiyanto menjabarkan alasan pihaknya rajin memboyong perusahaan rintisan (start up) melantai ke Bursa Efek Indonesia.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, anak perusahaan PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) ini berhasil mencatatkan saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) pada Selasa (17/9) lalu.
Telefast sendiri merupakan anak usaha PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang juga merupakan bagian dari KREN. TFAS juga merupakan emiten perusahaan rintisan yang bergerak di bidang digital, tepatnya di sektor perdagangan, jasa, dan investasi.
Selain TFAS dan MCAS, Kresna juga membawa PT Satyamitra Kemas Lestari (SMKL) yang bergerak di bidang manufaktur kemasan dan box, serta PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) melantai pada Juni lalu.
Baca Juga: Banyak perusahaan bersiap IPO, saham sektor apa yang paling menarik dilirik?
"Kami melihat pentingnya menggaet perusahaan teknologi seiring perkembangan jaman ke arah digital saat ini. The biggest market cap saat ini bukan lagi perusahaan oil and gas, namun teknologi. Itu sebabnya kami menggaet start up technology," ujar Octavianus kepada Kontan.co.id, Kamis (19/9).
Tak hanya itu, Octavianus menjabarkan pula keterkaitan generasi milenial terhadap teknologi. Pihaknya berharap, dengan menggaet perusahaan rintisan di sektor teknologi, juga akan berdampak menarik generasi milenial.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak Juli lalu, terdapat lebih dari 2 juta Single Investor Identification (SID). Data BEI juga menunjukkan bahwa sampai pertengahan Agustus 2019, investor saham telah mencapai lebih dari satu juta SID.
Pertumbuhan investor milenial, yakni mereka yang berusia 18 sampai 30 tahun, tercatat mengalami peningkatan. Sejak akhir 2016 sampai Desember 2018, jumlah investor berusia 18 sampai 25 tahun meningkat 116,78%, dari 70.000-an menjadi 150.000 orang.
Baca Juga: Kresna Sekuritas siapkan satu perusahaan digital IPO, targetkan raup Rp 600 miliar
Sedangkan jumlah investor berusia 26 sampai 30 tahun meningkat 90,39%, dari 60.000-an menjadi 110.000-an orang. "Melihat populasi milenial yang sangat besar di Inonesia saat ini, maka kami fokus di situ sekarang," kata Octavianus.
Dirinya melanjutkan, pada 2020 mendatang juga akan membawa lima perusahaan lagi melantai di bursa. Satu di antaranya merupakan perusahaan rintisan yang bergerak di bidang digital makanan. Rencananya, sekitar 80% proses pencatatan akan diselesaikan pada paruh pertama 2020.
"Lima perusahaan itu ada yang start up, ada yang bukan, jadi campur. Saat ini kami sudah mulai kerja, namun rata-rata sekitar 80% akan diselesaikan pada semester I 2020. Apa saja perusahaannya, nanti kami informasikan lagi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News