Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Setelah diluncurkan dalam ukuran (size) yang lebih kecil, Indopremier Asset Management berhasil meraih kenaikan dana kelolaan yang cukup besar pada produk reksadana Exchange Traded Fund (ETF).
Presiden direktur PT Indo Premier Investment Management John D Item menuturkan, pada Desember 2011 lalu, pihaknya telah meluncurkan kembali (relaunching) produk reksadana Premier ETF LQ 45 dalam ukuran yang lebih kecil.
Menurut John, selain karena metode transaksinya yang belum familiar, size yang besar atau mahalnya produk ini, menjadi kendala investor ritel untuk bisa masuk di reksadana jenis ETF. Selama ini, reksadana ini lebih digandrungi oleh investor institusi.
Jika sebelumnya untuk masuk ke produk ini, investor harus merogoh kocek puluhan juta, kini dengan dana Rp 350 ribu nasabah ritel bisa mendapatkan 1 lot reksadana ETF saham milik Indopremier.
"Tujuan relaunching produk ini dengan size yang lebih kecil, supaya bisa lebih likuid (mudah diperjual belikan), sehingga menarik masyarakat untuk masuk ke produknya," ujar John, Kamis (22/2).
John menerangkan, berinvestasi di reksadana ETF LQ5 ini mekanisme kerjanya sama seperti bermain saham langsung, namun memiliki resiko yang lebih rendah dibanding reksadana saham. "Dengan hanya membayar Rp 350 ribu per lot, nasabah dapat menyebarkan risikonya ke-45 saham di LQ 45," urainya.
Dia bilang, pasca memperkecil size reksadana, Indopremier telah berhasil menambah dana kelolaan untuk produk ETF LQ 45 menjadi Rp 70 miliar hingga Februari 2012, dibanding posisi awal Januari 2012 sejumlah Rp 30 miliar.
Dia optimistis, dengan mulai masuknya nasabah ritel, sampai akhir tahun dana kelolaan reksadana saham ETF LQ 45 ditargetkan bisa mencapai Rp 200 miliar.
Sementara itu, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menyebut, pihaknya tidak berencana untuk memperkecil dan berekspansi lebih jauh pada produk ETF. "Karena biaya investasi lebih mahal, dan selama ini tidak berkembang, stagnan. Kami mau fokus ke produk konvensional," ujarnya.
Baru ada dua produk
Reksadana ETF memang masih belum berkembang bagus di pasar domestik, jika dilihat dari diversifikasi produk yang masih terbatas. Saat ini, hanyah ada 2 jenis reksadana ETF, yaitu reksadana Indoremier ETF LQ45 milik Indopremier Securities. Produk ini menempatkan dana kelolaannya pada saham yang masuk ke indeks LQ45.
Produk kedua, reksadana ABF Indonesia Bond Index (IBI) Fund keluaran Bahana TCW Investment Management, dengan underlying indeks obligasi pemerintah.
John mengakui, selama ini produk reksadana ETF memang belum likuid dan hanya investor institusi yang banyak memegangnya, sedangkan nasabah ritel masih minim. Menurutnya, untuk kedepan, diperlukan sosialisasi dan edukasi yang kontinyu supaya publik mengenal keunggulan reksadana jenis ini.
Sebagai catatan, untuk produk ABF IBI Fund milik Bahana TCW pada periode 30 Desember 2010 - 30 November 2011 menorehkan return 16,21%, lebih tinggi dibanding Goverment Bond Index yang sebesar 11,19%.
Sedangkan, untuk produk ETF LQ 45 sepanjang 2011 lalu mencatat return 2,45%, dibanding kenaikan indeks LQ 45 yang sekitar 1,83%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News