kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perjalanan investasi Jejouw dari saham sampai memilih sneaker


Sabtu, 02 Mei 2020 / 14:07 WIB
Perjalanan investasi Jejouw dari saham sampai memilih sneaker


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menurut Jeffry Jouw, investasi tidak sama dengan berjudi. Chief Marketing Oficer Kick Avenue ini menyarankan, setiap orang yang ingin berinvestasi harus belajar agar bisa menghitung potensi cuan yang bisa didapat. 

Pria kelahiran 1988 ini mengaku sudah memulai berinvestasi sejak duduk di bangku SMA. Investasi pertama kala itu adalah saham. Ia mengaku investasi di saham karena ikut teman. "Saat itu, modal saya cuma Rp 1 juta-Rp 2 juta," kata Jeffry. 

Jeffry berkisah, berkat pengalaman di SMA tersebut, ia belajar banyak mengenal saham. "Saya jadi tahu apa itu saham bluechip, apa itu saham gorengan," kenang dia. 

Baca Juga: Virus corona menurunkan minat dan harga investasi eksotis

Pria yang menempuh SD sampai SMA di Sekolah Katolik Santa Theresia ini juga belajar bahwa berinvestasi saham tidak seperti bermain judi. Jeffry memahami, jika ingin mendapat untung, investor harus pandai melihat tren harga saham, membaca laporan keuangan dan prospek ke depan dengan membaca dari berbagai sumber. Dus, profit tetap stabil.

Pengetahuan tersebut didapat karena ayah dari satu anak ini juga pernah merasakan kerugian. "Semua gara-gara ikut-ikutan, karena itu investasi itu tidak boleh sekedar ikut," ujar Jeffry. Karena itu, investor saham itu juga harus rajin membaca agar tidak sekedar ikut-ikutan. 

Keseriusan berinvestasi di saham dia dilanjutkan pada saat kuliah di 2013. Modal yang dipakai Jeffrypun lebih besar, yakni Rp 120 juta. "Modalnya dari saya jual jam ke orangtua, saya ingat banget," kata pria yang kerap dipanggiil Jejouw. 

Baca Juga: Resmi jadi miliarder, Kanye West pastikan seluruh dunia mengetahuinya...

Di 2013, Jeffry membeli saham sektor keuangan seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan lainnya. Alasan dia, saham keuangan dinilai memiliki prospek menarik ketimbang sektor lain. 

Tak hanya di sektor keuangan, ia juga memilih beberapa saham yang dinilai berpotensi memberi cuan. "Hasil dari investasi Rp 120 juta pada tahun 2013, pada tahun 2017 saya sudah dapat Rp 500 juta-Rp 600 juta," kata Jeffry. 

Saat itu, pemilik dari Urban Sneaker Society melakukan investasi dengan tujuan mengumpulkan dana menikah. Setelah menikah investasi yang dipilih pun berubah. "Sekarang saya investasi di sneaker," kata pria yang tahun ini akan berusia 32 tahun. Apalagi saat ini, sudah ada bursa sneaker yang cukup likuid bernama StockX berada di luar negeri. 

Sejatinya ketertarikan Jeffry terhadap sneaker sudah muncul sejak 2011. Tapi ia baru mulai rajin trading sneaker di bursa setelah 2017. Investasi di sneaker, menurut Jeffry, tidak hanya sekedar suka saja. Investor juga harus mengetahui jenis sepatu seperti apa yang bisa dijadikan investasi. Menurut dia, sepatu koleksi hasil kolaborasi dan limited layak untuk investasi. 

Ketertarikan dan pengalaman tersebut membuatnya ikut mendirikan KickAvenue, yang konsepnya sama seperti StockX.  

Baca Juga: Air Jordan 1 x Dior hanya dirilis 8.500 pasang

Keuntungan berinvestasi di sneaker bukan isapan jempol semata. Jeffry pernah membeli sepatu Jordan 1 Offwhite di harga ritel, yakni Rp 2,8 juta. Tapi dalam satu tahun, harga jual kembali sneaker ini sudah menjadi Rp 15 juta dan tahun kedua bisa di Rp 30 juta. "Harga dan pergerakan ada di StockX," kata dia. Meski demikian sepatu yang dimiliki tidak semua untuk dijual kembali. Ada beberapa sepatu untuk koleksi pribadi. 

Pria lulusan Bussiness Marketing University of Maryland ini saat berinvestasi juga memegang prinsip diversifikasi. Selain berinvestasi di sneaker dia juga tetap berinvestasi di saham. "Emas, dollar AS atau tempat lain menyesuaikan kondisi saja," kata dia. 

Saat pandemi virus korona ini, Jeffry memutuskan melikuidasi kepemilikan saham dan memindahkan ke aset lain seperti dollar AS dan sneaker. "Seperti  pas saya tahu pandemi korona saya beli dollar saat masih di Rp 14.000-an," kata Jeffry.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×