Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
Saat itu, pemilik dari Urban Sneaker Society melakukan investasi dengan tujuan mengumpulkan dana menikah. Setelah menikah investasi yang dipilih pun berubah. "Sekarang saya investasi di sneaker," kata pria yang tahun ini akan berusia 32 tahun. Apalagi saat ini, sudah ada bursa sneaker yang cukup likuid bernama StockX berada di luar negeri.
Sejatinya ketertarikan Jeffry terhadap sneaker sudah muncul sejak 2011. Tapi ia baru mulai rajin trading sneaker di bursa setelah 2017. Investasi di sneaker, menurut Jeffry, tidak hanya sekedar suka saja. Investor juga harus mengetahui jenis sepatu seperti apa yang bisa dijadikan investasi. Menurut dia, sepatu koleksi hasil kolaborasi dan limited layak untuk investasi.
Ketertarikan dan pengalaman tersebut membuatnya ikut mendirikan KickAvenue, yang konsepnya sama seperti StockX.
Baca Juga: Air Jordan 1 x Dior hanya dirilis 8.500 pasang
Keuntungan berinvestasi di sneaker bukan isapan jempol semata. Jeffry pernah membeli sepatu Jordan 1 Offwhite di harga ritel, yakni Rp 2,8 juta. Tapi dalam satu tahun, harga jual kembali sneaker ini sudah menjadi Rp 15 juta dan tahun kedua bisa di Rp 30 juta. "Harga dan pergerakan ada di StockX," kata dia. Meski demikian sepatu yang dimiliki tidak semua untuk dijual kembali. Ada beberapa sepatu untuk koleksi pribadi.
Pria lulusan Bussiness Marketing University of Maryland ini saat berinvestasi juga memegang prinsip diversifikasi. Selain berinvestasi di sneaker dia juga tetap berinvestasi di saham. "Emas, dollar AS atau tempat lain menyesuaikan kondisi saja," kata dia.
Saat pandemi virus korona ini, Jeffry memutuskan melikuidasi kepemilikan saham dan memindahkan ke aset lain seperti dollar AS dan sneaker. "Seperti pas saya tahu pandemi korona saya beli dollar saat masih di Rp 14.000-an," kata Jeffry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News