Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Januari 2019, Bursa Efek Indonesia (BE) mencatat ada lima perusahaan yang baru mencatatkan saham perdana lewat initial public offering (IPO). Tercatat dari dana yang terkumpul dari aksi korporasi tersebut mencapai Rp 1,10 triliun.
Lima saham IPO tersebut adalah PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD), PT Pollux Investasi Internasional Tbk (POLI), PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF), PT Nusantara Poperti Internasional Tbk (NATO) dan PT Citra Putra Realty Tbk (CLAY).
Menariknya tiga saham tersebut tercatat melonjak signifikan. CLAY tercatat pada perdagangan hari ini sudah menyentuh level Rp 1.700 per saham atau naik 844% dari harga penawaran umum. Tidak mau kalah, NATO pun melesat hingga 395,15% ke level Rp 510 per saham. Disusul oleh FOOD yang juga naik hingga 105,93% ke level Rp 278 per saham. Asal tahu saja, underwriter IPO ketiga saham ini adalah PT Jasa Utama Capital Sekuritas.
Dua lainnya yakni POLI sahamnya turun 15,90% dari harga penawaran umum ke level Rp 1.375 per saham. Pun, BEEF harus turun 28,82% ke level Rp 242 per saham. Untuk kedua saham ini yang berperan sebagai underwriter adalah PT UOB Kay Hian.
Menanggapi fluktuatif yang cukup tinggi ini, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, pergerakan saham yang signifikan ini sifatnya sangat fluktuatif. Jadi masih sangat berisiko. “Harganya belum mencerminkan fundamental. Terbentuknya harga masih dari mekanisme pasar karena secara laporan keuangan belum terlihat pencapaiannya,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (31/1).
Pihaknya belum merekomendasikan saham-saham IPO. Secara valuasinya pun belum sepenuhnya mencerminkan nilai perusahaan.
Senada, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai saham IPO belum rasional secara umum ke pembentukan harganya, terutama saat fundamental perusahaan tersebut belum bisa menjelaskan harga baru yang terbentuk.
“Begitu juga prospek dan persepsinya. Sebaiknya dihindari. Atau jika masuk maka konsekuensi yang dihadapi adalah risiko yang besar,” ujar Alfred saat ditemui di BEI, Kamis (31/1).
Menurut Alfred, sebagai acuan investor bisa melihat rasio price to earning (PE) dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), jika di atas rasio itu maka saham tersebut masuk dalam kategori premium. Jadi jika ternyata laporan keuangannya tidak menunjukan hasil yang maksimal ini perlu diwaspadai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News