Reporter: Anna Marie Happy | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rupiah selama sepekan relatif tertekan. Kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) yang disusun Bank Indonesia (BI), naik 0,80% menjadi Rp 9.473, kemarin. Di pasar spot, USD/IDR, dalam seminggu naik 1,02% menjadi 9.494.
Menurut Research Analyst BNI, Apressyanti Senthaury, pergerakan rupiah, pekan ini, cenderung terpengaruh sentimen eksternal. Data klaim pengangguran AS, tingkat inflasi, dan data dari Federal Open Market Committee (FOMC) cukup mengecewakan.
Pasar global dan regional terimbas, termasuk Indonesia. Para pemodal menanggapinya dengan memilih dollar AS sebagai aset aman. Ini mengakibatkan nilai dollar AS melonjak dan melemahkan nilai rupiah.
Lelang term deposit valuta asing (valas) BI memberikan hasil positif, hingga menahan nilai tukar rupiah tidak terperosok lebih dalam. "BI tetap menjaga supaya rupiah tetap berada di level aman," kata dia.
Pengamat Ekonomi David Sumual menambahkan, rupiah cenderung bergerak sideways selama sepekan. Keputusan The Fed untuk memperpanjang twist operation meniupkan sentimen negatif bagi dollar AS.
Pekan depan, pergerakan rupiah juga diprediksi mendatar. Pasar berharap, dengan kebijakan operation twist di AS, pamor rupiah kembali naik. “Dibanding Mei, pergerakan rupiah pada bulan ini cenderung stabil. Term deposit valas mulai rutin dilakukan yang akan membatasi likuiditas dollar AS,” ujar David.
Pekan depan, David memprediksi USD/IDR berada di level support 9.420 dan resistance 9.480. Sementara, Apressyanti menduga rupiah cenderung konsolidasi hingga melemah pada pekan depan. Prediksi dia, USD/IDR memiliki support 9.410 dan resistance 9.480.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News