Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Johana K.
JAKARTA. Kinerja imbal hasil reksadana saham di awal tahun belum memuaskan. Bahkan reksadana jenis ini belum mampu mengalahkan kinerja patokannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Infovesta Utama mencatat sepanjang Januari 2015, indeks imbal hasil reksadana saham (IRDSH) hanya sebesar 0,62% masih di bawah kinerja IHSG dalam kurun waktu sama yang sebesar 1,19%. Bahkan IRDSH tersebut masih lebih kecil dibanding indeks reksadana campuran (IRDCP) yang sebesar 0,96% dan indeks reksadana pendapatan tetap (IRDPT) yang melonjak hingga 3,31% pada waktu sama.
Infovesta menghitung terdapat 73 produk yang kinerjanya di atas IRDSH dan 76 produk yang di bawah IRDSH. Selain itu sepanjang Januari 2015 hanya 48 produk atau setara dengan 32,4% dari total reksadana saham yang kinerjanya mampu mengalahkan IHSG. Namun perlu diingat hitungan kinerja tersebut hanya menghitung capital gain dari nilai saham aset dasar tanpa menghitung pembagian dividen.
Analis Infovesta Utama, Yosua Zisokhi mengatakan investor harus melihat bahwa selalu ada kemungkinan kinerja IRDSH lebih rendah dibanding IHSG. Menurut Yosua kondisi tersebut masih terbilang wajar mengingat penyebaran portofolio reksadana saham menimbulkan resiko sendiri.
“IHSG sebenarnya fluktuatif di Januari ini. Ketika IHSG menguat, reksadana saham juga ikut menguat, namun ketika IHSG mengalami koreksi, reksadana saham terkoreksi lebih dalam, hal tersebut yang menyebabkan kinerja reksadana saham kalah dibandingkan IHSG di bulan kemarin,” paparnya.
Di posisi 5 tertinggi terdapat 2 produk reksadana saham besutan Pratama Capital Assets Management. Presiden Direktur Pratama Capital, Iwan Margana mengutarakan sepanjang Januari lalu memang terdapat beberapa gejolak pasar akibat sentimen.
“Contohnya emiten semen. Pasar tidak menduga Pak Jokowi akan menurunkan harga semen yang berakibat pada turunnya harga saham emiten semen,” ujar Iwan. Meski, tambahnya terdapat beberapa sentimen positif seperti penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengikuti harga minyak mentah dunia.
Iwan mengatakan sentimen tersebut membuat kinerja emiten konsumer relatif membaik akibat adanya harapan daya beli masyarakat meningkat dengan diturunkannya harga BBM. Maka menurut Iwan, kunci utama produknya dapat mengalahkan IHSG ialah penempatan portofolio yang tepat. “Kami rasa karena positioning yang tepat,” ujarnya.
Posisi pertama return tertinggi reksadana saham sepanjang Januari diisi oleh produk BNI-AM Dana Berkembang milik BNI Asset Management (BNI-AM). Senior Fund Manager BNI-AM Hanif Mantiq mengatakan pihaknya menjaga betul portofolio berdasarkan sentimen sepanjang Januari kemarin.
“Kami tidak punya emiten semen. Termasuk emiten gas, yang terpengaruh sentimen pelemahan harga komoditas melemah,” ujarnya. Saham konsumer dan properti menjadi andalan BNI-AM Dana Berkembang sepanjang Januari kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News