Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) punya target besar tahun ini. Perusahaan penyedia jasa konstruksi untuk bidang minyak dan gas (migas) ini berniat menggandakan pendapatan, agar bisa memangkas habis rugi. Bahkan, perusahaan ingin bisa mencetak untung lagi di tahun ini.
Perdana Karya Perkasa menargetkan pendapatan Rp 24 miliar, lebih tinggi 118% dari perolehan tahun 2017 yang sebesar Rp 11 miliar.
Sedangkan labanya ditargetkan Rp 2,3 miliar. Sementara ketika akhir 2017 lalu, Perdana Karya Perkasa menanggung rugi Rp 10,41 miliar, meski lebih kecil ketimbang tahun sebelumnya yang masih merugi Rp 13 miliar.
Untuk mendongkrak pendapatan, perusahaan yang juga memberi jasa penyedia konstruksi pertambangan batubara ini mengejar empat kontrak baru. Memang, mayoritas, perusahaan masih mengandalkan kontrak dari mitra sebelumnya, Santos Energy Pty Ltd.
Direktur Independen PKPK Untung Haryono mengatakan, ada tiga tender PKPK yang masih akan berkolaborasi dengan Santos Energy Pty. Ltd yaitu proyek Blanket Fabrication and Construction Services (Jacket), Blanket Fabrication and Construction Services (Top Side) dan Blanket Construction Services (maintenance).
"Ketiga proyek tersebut memiliki perkiraan nilai kontrak yang sama besar yaitu senilai Rp 40 miliar," kata Untung setelah RUPST di Hotel Losari Roxy, Jakarta Barat, Jumat (29/6).
Sedangkan untuk tender yang keempat akan dikelola bersama dengan PT Greatwall Drilling Asia Pasific, dengan nilai kontrak sebesar Rp 12 miliar.
"Dengan demikian, total perkiraan nilai tendernya sebesar Rp 132 miliar," tambahnya.
Tanpa capex baru
Saat ini, PKPK masih melanjutkan proyek Call Out Fabrication and Contruction Services dari Santos Energy Pty. Ltd.
Proyek tersebut punya nilai kontrak sebesar USS 3,250,264.81. Proyek yang telah dijalankan sejak 16 Januari 2016 tersebut akan berakhir pada 15 Januari 2019.
Untung mengatakan, karena proyek bersama Santos Energy ini adalah lanjutan dari proyek tahun lalu maka tahun ini belum ada anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex).
"Tahun ini, kita tidak mengalokasikan capex. Biasanya kalau dapat kontrak baru, baru kita alokasikan dari internal," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News