kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.054   70,31   1,01%
  • KOMPAS100 1.055   14,74   1,42%
  • LQ45 829   12,18   1,49%
  • ISSI 214   1,21   0,57%
  • IDX30 423   6,92   1,66%
  • IDXHIDIV20 509   7,37   1,47%
  • IDX80 120   1,71   1,44%
  • IDXV30 125   0,84   0,68%
  • IDXQ30 141   1,97   1,42%

Perbaikan fiskal jadi penentu kekuatan pasar obligasi domestik


Minggu, 03 Juni 2018 / 14:31 WIB
Perbaikan fiskal jadi penentu kekuatan pasar obligasi domestik
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) memberi optimisme bagi perbaikan pasar obligasi. Meski demikian, performa obligasi masih berpotensi tertahan sejumlah sentimen negatif dari eksternal.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar, menjelaskan, sejatinya keputusan BI menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin dalam bulan ini sudah cukup tepat. "Kebijakan ini harus dilakukan supaya nilai tukar rupiah tidak makin tertekan oleh ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed," ujar Anil.

Namun, di sisi lain, Anil menilai naiknya suku bunga acuan BI tentu saja belum memperhitungkan risiko tambahan yang datang dari eksternal. Risiko ini antara lain adalah persoalan politik dan ekonomi Italia. Potensi keluarnya Italia dari Uni Eropa membuat pelaku pasar khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Indonesia, menurut Anil, memang tidak akan terkena dampak secara langsung. Dus, saat perekonomian dunia melesu, sektor komoditas bisa menjadi yang paling terpengaruh. Akibatnya, sebagai negara pengekspor komoditas, Indonesia pada akhirnya akan kena terimbas juga.

"Ketidakpastian global seperti ini berpotensi menarik investor masuk ke US treasury sebagai aset safe haven. Ini akan kembali menekan pasar obligasi kita," pungkas Anil. Adapun, Anil memproyeksi, sentimen positif dari kenaikan suku bunga acuan tidak cukup mampu menopang pasar obligasi dalam waktu yang panjang.

Senada, analis obligasi Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail, berpendapat, pemerintah harus tetap fokus memperbaiki perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi fiskal. Pasalnya, minat investor untuk kembali masuk ke pasar obligasi domestik akan ditentukan oleh data-data perekonomian sepanjang Mei ini.

"Sentimen suku bunga hanya sementara. Ke depan, posisi ekspor-impor dan defisit transaksi berjalan negaralah yang akan menentukan," imbuh Mikail.

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemkeu, sepanjang bulan Mei investor asing telah melakukan aksi jual di pasar obligasi sebesar Rp 14,89 triliun hingga 30 Mei kemarin. Adapun, kepemilikan asing di SBN tercatat sebanyak Rp 827,25 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×