kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obligasi domestik masih diselimuti sentimen eksternal


Minggu, 03 Juni 2018 / 14:25 WIB
Pasar obligasi domestik masih diselimuti sentimen eksternal
ILUSTRASI. Aktifitas perdagangan SUN di Mandiri Sekuritas


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% menjadi angin segar tak hanya bagi nilai tukar rupiah, tetapi juga pasar obligasi dalam negeri. Sentimen positif ini langsung tercermin dari turunnya imbal hasil atawa yield surat utang negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun.

Dus, pasar obligasi tampaknya masih akan lebih dipengaruhi sentimen eksternal seiring memudarnya sentimen kenaikan suku bunga acuan yang temporer.

Mengutip Bloomberg, Kamis (31/5) pukul 16.40 WIB, imbal hasil atawa yield SUN acuan bertenor 10 tahun turun 1,67% ke level 6,95%. Sebaliknya, indeks harga SUN tercatat naik 0,86% ke level 94,12. Pekan lalu di pasar spot rupiah menguat 0,69% ke level Rp 13.896 per dollar Amerika Serikat (AS).

Analis Obligasi Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menyebut, naiknya suku bunga acuan BI menjadi faktor turunnya yield SUN tenor 10 tahun hari ini. "Pasar tidak berekspektasi suku bunga acuan akan naik secepat ini, dua kali dalam sebulan. Nilai tukar rupiah juga menguat cukup tajam," ujar Mikail, Kamis (31/5).

Kendati demikian, Mikail menilai, kenaikan suku bunga acuan bukanlah satu-satunya pemicu reli pasar obligasi domestik. Faktor eksternal turut, bahkan bisa dikatakan, lebih berperan menopang performa obligasi akhir pekan lalu.

Isu konflik politik dan ekonomi di Italia menjadi sentimen utama yang membuat yield US Treasury bertenor 10 tahun bergerak turun. Alhasil, sentimen tersebut berimbas pada SUN.

Pelaku pasar juga akan merespons data perekonomian AS yang meliputi klaim pengangguran dan core personal consumption expenditures (PCE) di bulan April. PCE merupakan indikator tingkat inflasi berdasarkan konsumsi barang dan jasa tanpa menghitung makanan dan energi. Kedua data ini, menurut Mikail, akan sangat menentukan performa obligasi di awal pekan depan.

"Kalau hasil data di bawah ekspektasi, yield US Treasury akan tambah turun karena pasar jadi memproyeksi suku bunga The Fed naik hanya tiga kali hingga Desember nanti dan sebaliknya," ujar Mikail.

Ia menambahkan, hingga jangka menengah, faktor global tampaknya masih akan lebih dominan mempengaruhi pasar obligasi. Adapun, sentimen positif kenaikan suku bunga acuan BI hanya akan bertahan sementara saja. Prediksi Mikail, yield SUN tenor 10 tahun masih akan berada di kisaran 6,9%-7,1% hingga akhir kuartal kedua mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×