kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,47   -12,05   -1.29%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang harga minyak berlanjut, Goldman Sachs prediksi harga bisa mendekat ke US$ 20


Senin, 09 Maret 2020 / 09:48 WIB
Perang harga minyak berlanjut, Goldman Sachs prediksi harga bisa mendekat ke US$ 20
ILUSTRASI. Ilustrasi harga minyak susut karena perang harga


Sumber: Bloomberg | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak jatuh lebih dari 25% setelah perang dagang yang dikobarkan Arab Saudi dan Rusia berlanjut. Bahkan Goldman Sachs Group Inc memperingatkan, jika perang harga terus terjadi, maka harga emas hitam ini dapat turun ke dekat US$ 20 per barel.

Mengutip Bloomberg, Senin (9/3) pukul 09.30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Mei 2020 di ICE Futures anjlok 24,69% menjadi US$ 34,09 per barel. Setali tiga uang, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman April 2020 di Nymex juga terjun bebas 25,46% ke level US$ 30,77 per barel.

Kemelut pada harga minyak terjadi setelah anggota OPEC+ gagal mendapatkan kesepakatan saat pertemuan di Wina, Swiss akhir pekan lalu. Bahkan, dengan kejadian tersebut, harga minyak Brent mengalami penurunan terbesar keduanya sepanjang sejarah. Setelah penurunan terdalam dirasakan saat Perang Teluk pada 1991 silam.

Baca Juga: Waduh, harga minyak anjlok lebih dari 20% setelah Arab Saudi memangkas harga jual

"Pasar minyak sekarang dihadapkan dengan guncangan bearish yang sangat tidak pasti dengan hasil yang jelas adalah aksi jual di harga yang turun tajam," kata Jeffrey Currie, kepala penelitian komoditas di Goldman Sachs New York. 

"Tidak bisa dipercaya, saat ini pasar kewalahan oleh gelombang penjualan di pasar tebuka," tambah Andy Lipow, Predir Oil Associates LLC.

Memang apa yang terjadi pada pertemuan OPEC+ pekan lalu cukup mengejutkan pasar. Tetapi langkah perang harga antara Arab Saudi dan Rusia semakin mendorong harga untuk terjun bebas. 

Terlebih saat ini permintaan sedang berkurang akibat wabah virus corona membuat harga minyak tenggelam dalam kekacauan. 




TERBARU

[X]
×