Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih deras mengalir ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik beberapa waktu terakhir didorong membaiknya sentimen eksternal. Meski perang dagang mereda, Pefindo perkiraan arus masuk dana asing masih akan volatile.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dalam data perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah mencatat, ada beli neto Rp 6,88 triliun di pasar SBN periode 5-8 Mei 2025. Angka itu mengakumulasi beli neto Rp 30,18 triliun hingga 8 Mei 2025.
Di sisi lain, pasar saham dan SRBI justru mencatatkan jual neto. Periode 5-8 Mei, masing-masing Rp 2,70 triliun dan Rp 4,07 triliun. Sementara sejak awal tahun jual neto Rp 49,38 triliun di pasar saham dan Rp 15,80 triliun di SRBI.
Chief Economist Pefindo, Suhindarto menuturkan arus masuk modal asing baru-baru ini terutama didorong oleh persepsi bahwa harga obligasi domestik telah menarik (terdiskon) pasca pengumuman kebijakan tarif resiprokal oleh pemerintahan Trump.
Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah juga memberikan kesempatan bagi investor asing untuk mengakuisisi lebih banyak unit obligasi dengan jumlah dolar yang sama. "Investor asing tampak memanfaatkan periode penundaan tarif untuk masuk ke pasar yang sedang menawarkan harga kompetitif," ujar Suhindarto kepada Kontan.co.id, Jumat (16/5).
Baca Juga: Baru Kuartal Dua, SBN Bisa Tembus Target! Ekonom: Bahaya Buat Likuiditas!
Namun demikian, terdapat potensi tekanan jual menjelang akhir periode penundaan tarif. Hal ini disebabkan harga obligasi yang telah meningkat akibat aksi beli dalam beberapa waktu terakhir.
Signifikansi tekanan jual tersebut akan sangat bergantung pada langkah kebijakan tarif yang akan diambil oleh pemerintahan Trump. Kebijakan yang lebih ketat berpotensi memicu tekanan jual yang lebih besar, sebaliknya, kebijakan yang lebih lunak kemungkinan akan direspons positif oleh pasar.
Faktor lainnya yang mendukung daya tarik pasar obligasi domestik adalah peringkat kedaulatan Indonesia yang stabil pada level layak investasi dengan outlook yang juga stabil. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings kembali mempertahankan peringkat BBB, yang merupakan satu tingkat di atas batas bawah investment grade, dengan outlook stabil.
Penetapan peringkat ini memberikan keyakinan tambahan bagi investor asing untuk berinvestasi atau meningkatkan alokasi investasi mereka di pasar obligasi domestik. Daya tarik ini semakin diperkuat mengingat pasar domestik Indonesia menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain dengan peringkat serupa dalam kategori BBB, seperti Filipina dan India.
Meski begitu, Suhindarto menilai aliran dana asing ke SBN masih akan volatile. Tercermin dari adanya arus keluar di pasar SBN sebesar Rp 1,52 triliun di pekan kedua Mei 2025.
Yang jelas, asing masih mengambil tenor jangka pendek. Ini bercermin pada April, asing memborong tenor 0-1 tahun dengan nilai mencapai Rp 26,13 triliun atau yang terbesar dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang.
"Aksi beli ini, menurut kacamata saya, menunjukkan asing masih mengantisipasi potensi ketidakpastian jangka pendek, sehingga tidak masuk ke tenor panjang," kata Suhindarto.
Tenor pendek cenderung bersinonim dengan spekulasi karena jika sentimen memburuk, asing akan dapat keluar sewaktu-waktu tanpa risiko yang besar seperti jika mengambil tenor panjang. Tenor yang lebih pendek sendiri relatif kurang sensitif terhadap sentimen negatif dibandingkan dengan tenor yang relatif lebih panjang.
Baca Juga: SBN Banyak Diburu Investor Asing, Tenor Pendek Lebih Diminati
Selanjutnya: Peternak Pastikan Pasokan Domba dan Kambing Kurban Aman Jelang Iduladha
Menarik Dibaca: Havaianas dan Dolce&Gabbana Luncurkan Koleksi Baru, Perkuat Segmen Fashion Premium
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News