kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang masih menekan rupiah di awal pekan


Minggu, 11 Agustus 2019 / 20:08 WIB
Perang dagang masih menekan rupiah di awal pekan
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di akhir pekan, rupiah kembali menguat tipis. Data Bloomberg menunjukkan rupiah berada di level Rp 14.194 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (9/8), meningkat 0,13% dari hari sebelumnya. Kurs referensi JISDOR juga menunjukkan penguatan 0,25% yang menempatkan rupiah berada di level Rp 14.195 per dolar AS.

Faktor perang dagang masih menjadi pemicu penguatan rupiah. Ini karena perang dagang sedikit mereda. Sebelumnya, yuan mengalami devaluasi untuk menanggapi pernyataan presiden AS Donald Trump yang hendak memasang tarif baru untuk barang impor dari China. Hanya saja, hal tersebut tak terjadi lagi di akhir pekan.

Baca Juga: Kenaikan harga emas sementara, reksadana saham bisa jadi pilihan investasi

Meskipun demikian, analis Monex Investindo Faisyal menilai, seharusnya rupiah bisa melemah akibat data defisit transaksi berjalan yang melebar menjadi 3% dari produk domestik bruto. dinilai memiliki hasil negatif. Berbeda, analis pasar uang bank mandiri Reny Eka Putri bilang rupiah menguat dikarena rilis data defisit transaksi berjalan sesuai dengan ekspetasi walaupun kurang memuaskan.

"Seharusnya rupiah mengalami penurunan karena rilis data pada hari ini jelek, kalau sekarang menguat berarti faktor eksternalnya lebih kuat," ujar Faisyal.

Selain itu, Faisyal berpendapat penguatan rupiah juga disebabkan oleh harga minyak global. Saat ini, harga minyak global mengalami koreksi. Untuk faktor domestik, Faisyal juga menyebutkan yield obligasi Indonesia yang menarik sehingga bisa sedikit mendongkrak rupiah.

Baca Juga: Setelah naik tiga hari berurutan, IHSG menghadapi konsolidasi

Walaupun ditutup menguat, Faisyal menilai rupiah memiliki potensi melemah di awal pekan. Alasannya, ia mengatakan pasar saat ini akan melakukan bargain hunting. "Mereka melakukan bargain hunting artinya membeli rupiah saat sedang berada di bawah," jelas Faisyal.

Faisyal juga bilang kalau faktor perang dagang masih akan mempengaruhi rupiah di awal pekan. Perkembangan terbaru, Faisyal bilang bahwa saat ini AS telah melarang perusahaan di AS untuk berbisnis dengan Huawei. "Saat ini pasar masih mengkhawatirkan ketegangan antara AS dan China," ujar Faisyal.

Baca Juga: Saat blackout terjadi, pendapatan UMKM raib triliunan rupiah

Berbeda, Reny berpendapat rupiah masih akan menguat tipis di awal pekan. Ia menilai pasar saat ini menunggu data yang akan rilis dari domestik maupun global. Menurut dia, data-data yang dirilis kemungkinan memiliki hasil yang bagus sehingga dapat menjadi katalis positif bagi rupiah. "Seperti contoh data perdagangan China yang baru rilis ternyata lebih baik dari ekspetasi sehingga menyebabkan mata uang emerging market seperti rupiah menguat," jelas Reny.

Faisyal memperkirakan rupiah di awal pekan akan berada di kisaran Rp 14.090 - Rp 14.270 per dolar AS. Sedangkan Reny memperkirakan rupiah ada di rentang Rp 14.180 - Rp 14.278 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×