Reporter: Issa Almawadi |
JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku keberatan dengan rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split) PT Inovisi Infracom Tbk (INVS). Pasalnya, perbandingan antara harga saham dengan laba bersih (price earning ratio/PER) INVS sudah terlalu mahal.
"Intinya kami keberatan. Tapi kami tidak memiliki hak untuk menyetujui atau tidak rencana stock split. Jadi, ya kami hanya menjadwalkan saja kalau memang INVS tetap mau stock split," tutur Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen di Jakarta, Rabu (6/2). Hoesen juga menegaskan, selain persoalan PER yang sudah terlalu mahal, pihaknya juga melihat kinerja perusahaan.
Data terakhir berdasarkan Bloomberg, PER INVS sudah mencapai 37,9 kali, dengan return 15,4%. Jumlah PER INVS ini jauh lebih besar dibandingkan dengan PER industri 8,36 kali.
Manajemen INVS sendiri sudah menyadari harga saham yang tercatat di BEI sudah semakin mahal. Untuk itu, manajemen INVS terus menggodok rencana pemecahan nilai nominal saham.
"Kami terus proses rencana itu. Kami usahakan bisa terealisasi," kata Sekretaris Perusahaan INVS, Benita Sofia.
Menurut Benita, pihaknya masih melakukan komunikasi intensif dengan otoritas bursa. "Ya mudah-mudahan tidak ada kendala dan bisa disetujui bursa," tambah Benita.
Menanggapi hal ini, Analis Trust Securities Reza Priyambada menilai, rencana stock split INVS sangat bagus akan semakin mengaktifkan perdagangan sahamnya. "Apalagi melihat kinerja INVS yang cukup baik," tutur reza.
Sementara, persoalan belum disetujuinya oleh otoritas bursa, Reza mengungkapkan, kemungkinan adanya informasi yang belum lengkap diterima. Jadi, kata Reza, manajemen INVS sebaiknya buka-bukaan dengan BEI, dan membicarakan semua hal yang perlu dipenuhi.
"Apa ada informasi yang belum jelas, tanyakan itu kepada BEI. BEI pun harus berikan penjelasan kepada INVS," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News