CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.158   -56,66   -0,79%
  • KOMPAS100 1.093   -9,33   -0,85%
  • LQ45 871   -5,01   -0,57%
  • ISSI 216   -2,15   -0,98%
  • IDX30 446   -1,96   -0,44%
  • IDXHIDIV20 539   -0,14   -0,03%
  • IDX80 125   -0,95   -0,75%
  • IDXV30 135   0,01   0,00%
  • IDXQ30 149   -0,40   -0,27%

Per 8 Juni, nilai tukar rupiah menguat 1,9% sejak akhir kuartal I-2021


Selasa, 15 Juni 2021 / 08:05 WIB
Per 8 Juni, nilai tukar rupiah menguat 1,9% sejak akhir kuartal I-2021
ILUSTRASI. Bank Indonesia


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat terdepresiasi pada kuartal I-2021, nilai tukar rupiah tampak kembali bertaring di kuartal II-2021. 

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah pada kuartal pertama mengalami depresiasi sebesar 3,72% secara point to point dibandingkan posisi akhir pada tahun 2020. 

Kemudian, dari awal kuartal II-2021 hingga 8 Juni 2021, nilai tukar rupiah nampak perkasa. Mengingat di periode tersebut, rupiah menguat 1,9% setelah rupiah ditutup di level Rp 14.253 pada Selasa (8/6)

“Secara keseluruhan, kami melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah baik intervensi di pasar spot, DNDF, maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo kepada Komisi XI DPR RI, Senin (14/6). 

Perry pun membandingkan pergerakan nilai tukar rupiah dengan negara lain seperti Brasil, Thailand, Malaysia, serta Turki. Menurutnya, pergerakan mata uang Garuda lebih baik ketimbang negara-negara tersebut. Bahkan, saat rupiah tertekan, depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih rendah. 

Baca Juga: BI beli SBN mencapai Rp 115,87 triliun per 8 Juni 2021

Ke depan, bank sentral optimistis bisa terus mengendalikan pergerakan nilai tukar rupiah. Hal ini juga didukung dengan kondisi stabilitas eksternal yang memadai, seperti Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang masih surplus dan defisit Neraca Transaksi Berjalan atau current account deficit (CAD) yang terkendali. 

Meski, ia tak menampik adanya risiko tekanan global, khususnya dari Amerika Serikat (AS) mengingat Negeri Paman Sam ini menunjukkan perbaikan ekonomi yang lebih cepat dari ekspektasi. 

Kekhawatiran tersebut  akan memicu adanya arus modal asing yang keluar dari Indonesia dan negara emerging market lainnya sehingga membuat nilai tukar menjadi bergejolak. 

Selanjutnya: Bank Mandiri perkirakan neraca dagang pada Mei 2021 surplus US$ 2,07 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×