Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat terdepresiasi pada kuartal I-2021, nilai tukar rupiah tampak kembali bertaring di kuartal II-2021.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah pada kuartal pertama mengalami depresiasi sebesar 3,72% secara point to point dibandingkan posisi akhir pada tahun 2020.
Kemudian, dari awal kuartal II-2021 hingga 8 Juni 2021, nilai tukar rupiah nampak perkasa. Mengingat di periode tersebut, rupiah menguat 1,9% setelah rupiah ditutup di level Rp 14.253 pada Selasa (8/6)
“Secara keseluruhan, kami melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah baik intervensi di pasar spot, DNDF, maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo kepada Komisi XI DPR RI, Senin (14/6).
Perry pun membandingkan pergerakan nilai tukar rupiah dengan negara lain seperti Brasil, Thailand, Malaysia, serta Turki. Menurutnya, pergerakan mata uang Garuda lebih baik ketimbang negara-negara tersebut. Bahkan, saat rupiah tertekan, depresiasi nilai tukar rupiah relatif lebih rendah.
Baca Juga: BI beli SBN mencapai Rp 115,87 triliun per 8 Juni 2021
Ke depan, bank sentral optimistis bisa terus mengendalikan pergerakan nilai tukar rupiah. Hal ini juga didukung dengan kondisi stabilitas eksternal yang memadai, seperti Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang masih surplus dan defisit Neraca Transaksi Berjalan atau current account deficit (CAD) yang terkendali.
Meski, ia tak menampik adanya risiko tekanan global, khususnya dari Amerika Serikat (AS) mengingat Negeri Paman Sam ini menunjukkan perbaikan ekonomi yang lebih cepat dari ekspektasi.
Kekhawatiran tersebut akan memicu adanya arus modal asing yang keluar dari Indonesia dan negara emerging market lainnya sehingga membuat nilai tukar menjadi bergejolak.
Selanjutnya: Bank Mandiri perkirakan neraca dagang pada Mei 2021 surplus US$ 2,07 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News