CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Penurunan kontrak baru emiten konstruksi di tahun ini wajar terjadi


Rabu, 08 April 2020 / 21:51 WIB
Penurunan kontrak baru emiten konstruksi di tahun ini wajar terjadi
ILUSTRASI. Sektor konstruksi baru bisa pulih pada 2021 meski tak sebaik kondisi di tahun 2018-2019.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menggenggam nilai kontrak baru pada kuartal I-2020 sebesar Rp 2,5 triliun. Realisasi tersebut setara 7,14% dari target kontrak baru ADHI sepanjang 2020.

Berdasarkan catatan Kontan, realisasi tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal I-2017. Adapun, pada kuartal I-2017 ADHI mampu menggenggam kontrak Rp 3,7 triliun, sedangkan kuartal I-2018 dan kuartal I-2019 secara berturut-turut sebesar Rp 3,01 triliun dan Rp 3 triliun.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christopher Jordan menjelaskan rendahnya realisasi kontrak baru pada kuartal satu ini berkaitan dengan kondisi pasar yang tengah tertekan karena adanya Covid-19. Selain itu, Covid-19 juga mengganggu operasional perusahaan konstruksi.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) menggenggam kontrak baru Rp 2,5 triliun di kuartal pertama

"Kalaupun dapat kontrak baru banyak, saya rasa juga akan sulit menyelesaikan proyeknya. Jadi saya rasa wajar-wajar saja," jelas Dennies kepada Kontan, Rabu (8/4).

Kondisi saat ini membuat kinerja emiten konstruksi bisa tertekan karena ada kemungkinan terlambatnya tender proyek, terhambatnya pengerjaan proyek dan alokasi anggaran pemerintah yang dialihkan untuk pencegahan Covid-19. Meski, dipastikan beberapa proyek strategis nasional (PSN) tak akan terganggu.

"Belum lagi jika ada insentif tambahan terutama secara fiskal. penerimaan negara jadi lebih rendah dan akan berpengaruh ke APBN 2021," imbuh Dennies.

Dengan asumsi tersebut, Dennies melihat sektor konstruksi baru bisa pulih pada 2021 meski tak sebaik kondisi di tahun 2018-2019.

Baca Juga: Penundaan proyek akibat wabah virus corona menggerus bisnis material bangunan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×