kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penuh ketidakpastian, return obligasi bakal moncer


Minggu, 15 Januari 2017 / 15:17 WIB
Penuh ketidakpastian, return obligasi bakal moncer


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pasar surat utang emiten / obligasi korporasi Indonesia berpotensi membukukan rata-rata return hingga dua digit pada tahun 2017. Alasannya, ada potensi kenaikan suku bunga acuan di Bank Indonesia (BI) karena terimbas efek Amerika Serikat.

Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Management menganalisa, rata-rata return pasar obligasi korporasi tahun ini akan melebihi 10%. Memang Ini lebih rendah dari kinerja pasar surat utang emiten (INDOBeX Corporate Total Return) yang mencapai 12,62% sepanjang tahun 2016.

Maklum, banyak ketidakpastian eksternal yang akan melanda. Mulai dari kebijakan Presiden ke - 45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump, rencana kenaikan suku bunga Federal Reserve sebanyak tiga kali, pemilihan umum negara-negara Eropa, serta realisasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Sehingga, ini akan berdampak pada pergerakan rupiah dan inflasi dalam negeri. Inflasi domestik pada tahun 2017 diprediksi mencapai 4% - 4,5%, lebih besar dari realisasi inflasi tahun 2016 yang tercatat 3,02%. "Sebetulnya semua masih dalam range ketidakpastian. Akan dapat kejelasan pada kuartal I 2017," ujarnya.

Senior Research and Analyst Pasardana.id Beben Feri Wibowo sepakat, pengendalian nilai tukar rupiah dan laju inflasi akan menjadi tantangan utama tahun ini. Per 5 Januari 2017, harga bahan bakar minyak jenis Pertamax, Pertalite dan Dexlite naik masing-masing Rp 300 per liter.

Adapula penyesuaian tarif listrik 900 VA dari semula Rp 605/kWh menjadi Rp 791/kWh. "Paling tidak, kebijakan tersebut memberikan peluang peningkatan inflasi dan akan berujung pada daya beli masyarakat," terkanya.

Alhasil, potensi Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuan seperti tahun lalu kian menipis. Bahkan, skenario terburuk, suku bunga BI bisa membesar jika The Fed mengerek suku bunga acuan sebanyak tiga kali.

Adapun rata-rata upah per jam di AS per Desember 2016 naik dari semula -0,1% (MoM) menjadi 0,4% (MoM). Ini merupakan salah satu data pendukung kenaikan suku bunga The Fed.

Beben mengingatkan, investor juga perlu mewaspadai perekonomian China seiring pelemahan nilai tukar CNY terhadap dollar AS. Memang hal tersebut dapat menggerus cadangan devisa Tiongkok. Perekonomian Eropa juga masih belum pulih.

"Prediksi kupon obligasi korporasi tahun ini dengan rating idAAA akan berkisar 7% - 8%. Besaran kupon masih menjadi andalan obligasi korporasi," pungkasnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×