kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Penjualan ORI020 sebesar Rp 15 triliun, pemerintah sudah memenuhi target


Senin, 25 Oktober 2021 / 21:42 WIB
Penjualan ORI020 sebesar Rp 15 triliun, pemerintah sudah memenuhi target
ILUSTRASI. Total volume penerbitan ORI020 sesuai dengan target awal yakni sebesar Rp 15 triliun.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) telah menetapkan hasil penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI020. Total volume penerbitan ORI020 sesuai dengan target awal yakni sebesar Rp 15 triliun.

Senior Economist Samuel Sekuritas, Fikri C Permana, menilai apabila pemerintah tidak membatasi target di Rp 15 triliun, bukan tidak mungkin penjualan ORI020 akan mencapai Rp 25 triliun. Angka tersebut tidak jauh berbeda dari seri sebelumnya ORI019 likuiditas di dalam negeri saat ini masih besar. 

Fikri melihat langkah pemerintah untuk menahan diri di penjualan ORI020 karena masih ada satu kali lagi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel di akhir tahun ini, yakni Sukuk Tabungan seri ST008. 

Baca Juga: Penawaran lelang SUN pada Selasa (26/10) diprediksi akan tembus Rp 50 triliun

“Tetapi karena ada satu kali penerbitan SBN ritel lagi sampai akhir tahun mungkin pemerintah akan menahan diri untuk lebih mendorong ke waktu berikutnya, agar juga risiko masa depan pada saat pembayaran bunga  atau mungkin kupon juga bisa relatif lebih dijaga,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Senin (25/10).

Di sisi lain, Fikri juga melihat pemerintah sudah memenuhi targetnya di realisasi pendapatan yang sudah sangat bagus, walaupun dari sisi realisasi pengeluaran masih belum tercapai.

Ditambah juga dengan pajak penghasilan (PPh) migas yang tumbuh cukup besar, dan pendapatan pajak yang cukup besar. “Saya pikir kalau pemerintah terlalu jor-joran menarik dari SBN nanti ada inefisiensi fiskal yang tentunya kurang baik bagi fiskal kita,” jelas Fikri

Baca Juga: Pembiayaan utang menyusut 20,1%, Sri Mulyani: Ini menyehatkan APBN

Fikri melihat antusiasme masyarakat di ORI020 karena pajaknya yang berbeda dibandingkan dengan deposito. Di mana SBN ritel hanya memiliki pajak 10%, sedangkan deposito 20%. Dalam catatannya, saat ini selisih antara deposito dan ORI020 bisa sampai 300 bps.

Selain itu, dia mengamati bahwa masyarakat mencari yield atau imbal hasil yang didapatkan, kenyamanan, dan risiko yang minim. Fikri melihat bahwa SBN ritel risikonya lebih rendah dan merupakan instrumen dengan risiko paling rendah, lebih rendah dibandingkan deposito.

Dalam pandangannya, masyarakat juga saat ini mendiversifikasi investasinya ke berbagai aset, salah satunya ORI020, karena likuiditas mereka yang berlimpah. "Masyarakatnya juga bagi produk investasi mereka ke berbagai bentuk investasi. Sebagai bentuk diversifikasi," pungkas Fikri.

Baca Juga: Permintaan ST008 diprediksikan bisa mencapai Rp 8 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×