Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan kendaraan roda empat PT Astra International Tbk (ASII) akan menurun 45% sampai dengan 50% di tahun ini. Permintaan kendaraan yang lemah menjadi salah satu penyebabnya.
Penjualan kendaraan roda empat turun 80% secara year on year (yoy) menjadi 17.000 unit sementara jika dibandingkan bulan sebelumnya turun 30%. Analis Indo Premier Sekuritas Timothy Handerson dalam riset 5 Juni 2020 menjelaskan, permintaan melemah dalam dua minggu terakhir di bulan Mei karena hari libur nasional.
Baca Juga: Penjualan mobil bekas susut akibat pandemi virus corona, ini target Auto Trust
"Ada sedikit kenaikan volume penjualan pada Juni meskipun masih akan lebih rendah dari penjualan April sebanyak 24.000 unit kendaraan roda empat," terang Timothy dalam riset. Pada bulan Juli, akan mulai naik sebanyak 43.806 unit kendaraan. Secara keseluruhan, Indo Premier memperkirakan penurunan penjualan akan lebih konservatif yakni turun 40% menjadi 626.331 unit dari tahun 2019 sebanyak 1,04 juta unit.
Penurunan penjualan kendaraan akan membuat laba bersih lini bisnis otomotif susut 33% menjadi Rp 2,35 triliun dari sebelumnya Rp 3,49 triliun. Sedangkan laba bersih ASII secara konsolidasi akan turun 5% menjadi Rp 19,29 triliun.
Pada Mei 2020, Astra International juga akan dihadapkan dari restrukturisasi kredit unit bisnis keuangan PT Toyota Astra Finance dan beberapa multifinance. TAF misalnya akan restrukturisasi kredit mencapai Rp 4,7 triliun pada Mei 2020 setara dengan 18% dari portofolio kredit.
Baca Juga: Harga mobil Toyota Avanza baru di Jakarta diskon belasan juta rupiah
Sebelumnya Indo Premier juga telah berdiskusi dengan Mandiri Tunas Finance yang akan restrukturisasi kredit 23% dari portofolio. Laju restrukturisasi telah mengalami peningkatan, dengan permintaan restrukturisasi baru turun di bawah 100/hari di minggu terakhir bulan Mei vs puncak 1.000-1.500 permintaan/hari dalam 2 minggu pertama bulan April.
Dengan run-rate ini, TAF mengharapkan total restrukturisasi tidak akan melebihi 20% dari portofolionya atau maksimum 30% dalam kasus terburuk. Ini sama dengan Mandiri Tunas Finance yang memperkirakan restrukturisasi 25%-30% dari total portofolio. Sementara itu, permintaan baru akan lebih lambat dan tingkat persetujuan yang lebih ketat di masa mendatang.
Dimana total restrukturisasi kredit grup Astra Rp 22 triliun dari total kredit Rp 103 triliun. Restrukturisasi kredit PT Astra Sedaya Finance Rp 11 triliun dari total kredit pada Mei 2020 sebesar Rp 44 triliun.
Baca Juga: Kembali berproduksi, Daihatsu fokus penuhi permintaan pasar ekspor
Restrukturisasi kredit TAF Rp 5 triliun dengan total kredit Rp 26 triliun dan restrukturisasi kredit FIF sebanyak Rp 7 triliun dari Rp 36 triliun.
Provisi akan lebih konservatif daripada kondisi normal, TAF mengindikasikan dapat menyisihkan 10% pencadangan pada pembiayaan yang direstrukturisasi di tengah tindakan pencegahan. Indo Premier menyebut tingkat pencadangan ini yang lebih tinggi dari menggunakan relaksasi OJK 1%-5%. Bahkan apa yang dilakukan TAF lebih konservatif dari apa yang dilakukan MTF yang melakukan pencadangan yang sangat minimal.
"Kami lebih sejalan dengan asumsi TAF, karena perkiraan kami saat ini sudah memperkirakan-dalam total restrukturisasi berada pada 20% dari total portofolio pembiayaan ASII dengan tingkat pencadangan 10%," terang Timothy dalam riset.
Baca Juga: Simak realisasi kinerja operasional United Tractors (UNTR) per April 2020
Meski demikian, Timothy masih menyarankan beli karena penurunan permintaan telah berada di level dasar yakni pada April-Mei. Meskipun kenaikan lebih lanjut akan bergantung pada laju pemulihan. Ia menargetkan di Rp 5.000. Risiko penurunan target akan bergantung pada wabah yang berkepanjangan dan volume turun dari yang diharapkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News