kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan emiten semen masih layu


Senin, 17 Juli 2017 / 08:20 WIB
Penjualan emiten semen masih layu


Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Dupla Kartini

 JAKARTA. Konsumsi semen nasional di paruh pertama tahun ini masih menyusut. Melambatnya pertumbuhan industri properti dan belum efektifnya pembangunan proyek-proyek infrastruktur, disinyalir bakal menekan volume penjualan semen.

Mengutip data Asosiasi Semen Indonesia, volume penjualan semen nasional pada semester I-2017 hanya mencapai 29,08 juta ton, turun 1,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ini terjadi seiring menyusutnya permintaan semen di Juni, yang turun 27% yoy menjadi 3,73 juta ton.

Nyoman Widita Prabawa, Analis BCA Sekuritas, mengatakan, perlambatan penjualan di Juni disebabkan pendeknya hari kerja akibat bulan Ramadan sehingga, produktivitas pun menyusut.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menambahkan, permintaan semen dari wilayah Indonesia Timur juga makin susut. Di sisi lain, permintaan dari Pulau Jawa sebagai pangsa pasar terbesar pun cenderung stagnan dan tidak berkontribusi signifikan.

Saat ini, hampir seluruh perusahaan semen masih bertumpu pada penjualan domestik dengan porsi 95%-98%. Sementara porsi ekspor hanya berkisar 2%-5% dari total penjualan.

Sebagai gambaran, permintaan semen PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) turun akibat curah hujan tinggi, penundaan pelaksanaan proyek infrastruktur, dan melambatnya penjualan properti. Alhasil, pangsa pasar (market share) SMCB pun jatuh dari 16% di semester I-2016 menjadi 15,1% pada akhir Juni lalu.

Penjualan semen PT Indocement Indonesia Tbk (INTP) juga turun 4,7% yoy menjadi 7,4 juta ton pada semester I 2017. Sehingga, pangsa pasarnya pun turun dari 26,3% menjadi 25,5%.

Lalu, penjualan semen SMGR juga menyusut 1,6% yoy menjadi 29,48 juta ton, Namun, perusahaan pelat merah ini masih berhasil mempertahankan pangsa pasar sebesar 41,3%.

Menurut Aditya, dari segi kapasitas domestik, SMGR masih menjadi emiten terbaik di sektornya, diikuti oleh INTP dan SMCB. Penjualan emiten ini cukup stabil.

Nyoman bilang, hal ini merupakan dampak dari percepatan pembangunan infrastruktur pemerintah sebelum libur Lebaran lalu. Proyek infrastruktur pemerintah sebagian besar dipenuhi oleh SMGR, ujarnya, dalam riset 14 Juli lalu.

Persaingan ketat

Yuni, Analis NH Korindo Sekuritas, menilai masih ada potensi sektor semen tumbuh di semester II. Ia mencontohkan, pasar utama INTP di daerah Jawa Barat masih menunjukkan peningkatan. Begitu juga pasar utama SMGR yang didominasi wilayah Yogyakarta dan Jawa Timur.

Nyoman juga berharap, volume penjualan semen masih bisa menanjak di sisa tahun ini. Pembangunan infrastruktur diyakini akan lebih ramai pada semester II. Di sisi lain, emiten properti pun masih punya potensi membaik.

Menurut Yuni, meski bisa membaik, sektor semen masih tetap menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah melimpahnya pasokan di pasar. Ini bersamaan dengan pertumbuhan jumlah pabrik semen di China dan di Indonesia sendiri. Kalau tingkat konsumsi semen masih rendah dan belum ada tanda-tanda perbaikan dari sektor properti, maka harga jual semen akan makin menurun, ujar Yuni kepada KONTAN akhir pekan lalu.

Di sisi lain, Aditya mengatakan, kinerja emiten semen di semester I-2017 yang di bawah ekspektasi jadi sinyal negatif bagi pasar. Ia memperkirakan, penjualan emiten semen tahun ini berpotensi turun sekitar 2% yoy. Sedangkan laba bersih emiten semen berpeluang turun sekitar 35%60%. "Sehingga, rekomendasi untuk sektor semen masih underperformed," tandas dia.

Namun, Nyoman masih optimistis, volume penjualan semen bisa kembali melesat pada 2018 mendatang. Ia menilai akan terjadi perbaikan ekonomi makro dan pemulihan di industri properti. Ia merekomendasikan neutral untuk emiten semen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×