kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Penjualan eceran tertekan, ini rekomendasi analis untuk saham sektor ritel


Kamis, 11 Februari 2021 / 13:11 WIB
Penjualan eceran tertekan, ini rekomendasi analis untuk saham sektor ritel
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Survei Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran bulan Januari 2021 lebih rendah dibanding bulan Desember 2020. Ini tercermin dari proyeksi Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2021 yang akan tertekan sebesar 186,7 atau turun 1,8% month to month (mom). 

Dalam survei BI diungkapkan, penurunan pada bulan Januari 2021 dipengaruhi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali. Adapun tekanan di bulan Januari seiring dengan faktor musiman menurunnya permintaan masyarakat pasca libur Natal dan Tahun Baru. 

Selain itu, penurunan juga dipicu faktor musim/cuaca dan bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati melihat, tekanan terhadap tingkat konsumsi masyarakat masih akan berlanjut ke depan. Salah satu faktor yang memberatkan adalah bencana alam yang masih terjadi di awal Februari. Misalnya saja, banjir dan tanah longsor di Jawa Barat. 

Dengan demikian, Ike mengamati konsumsi masyarakat akan cenderung terpusat ke kebutuhan pokok. Sementara permintaan terhadap kebutuhan sekunder dan tersier akan terbatas. 

Baca Juga: Investor Domestik Merajai Bursa Saham, Pergerakan IHSG Ditopang Investor Ritel

Selain itu, PPKM mikro yang diterapkan mulai Selasa (9/2) akan menjadi tantangan bagi emiten ritel karena pembatasan waktu operasional mal masih akan berlanjut. Adapun kebijakan swab antigen untuk transportasi darat juga akan mempersempit gerak atau aktivitas masyarakat. 

"Ke depan nampaknya masih akan menurun (penjualan eceran) kecuali pemerintah dapat mengontrol tingkat infeksi dan melakukan pelonggaran," jelas Ike kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2). 

Berbeda, Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian optimistis penjualan eceran akan membaik secara perlahan, walaupun pembatasan kegiatan masyarakat masih berlanjut. 

"Faktor yang kami lihat adalah vaksinasi yang masih terus berjalan," kata Robert kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2). 

Di tengah pemulihan penjualan ritel, Robert melihat emiten-emiten dengan pasar menengah ke atas akan lebih bertahan, seperti ACES dan ERAA. Selain itu, bisnis kedua emiten itu dipandang lebih kebal terhadap pandemi Covid-19. 

ACES yang menjual kebutuhan home improvement dinilai dapat mendukung kegiatan masyarakat ketika beraktvitas di rumah saja. Sementara itu, ERAA menjual produk-produk yang dibutuhkan masyarakat untuk mendukung kegiatan masyarakat berkerja dari rumah maupun belajar dari rumah. 

Munculnya iPhone seri terbaru, didukung oleh kebijakan IMEI yang mulai diterapkan akan mendorong masyarakat membeli produk tersebut dari dalam negeri. 

Ia merekomendasikan hold saham ERAA karena hampir mendekati target harganya di Rp 2.850. Begitu juga dengan ACES disarankan hold dengan target harga Rp 1.675. 

Sebenarnya, emiten-emiten yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti AMRT, MIDI, HERO, RANC, dan MPPA memiliki potensi kinerja yang lebih stabil dibanding emiten ritel lain. 

Akan tetapi Robert melihat, saham-sahamnya yang kurang likuid membuatnya kurang menarik.

Sementara itu, Ike mengungkapkan, emiten yang penjualannya berasal dari produk-produk sekunder dan tersier akan menghadapi tantangan lebih besar di tengah penjuaan eceran yang masih lesu. 

Berbeda, emiten ritel yang ditopang penjualan barang-barang primer cenderung akan lebih bertahan. Sebab, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam berbelanja untuk memitigasi risiko. 

Baca Juga: Ace Hardware Indonesia (ACES) keluar dari indeks MSCI, begini prospeknya

Untuk sektor ritel, Ike cenderung memperhatikan saham-saham seperti ACES, AMRT, MAPI dan RALS, dengan target harga 12 bulan atau fair value ACES di Rp 1.840, AMRT di Rp 960, MAPI di Rp 950, RALS di Rp 770.

Adapun Analis Philip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr juga mengungkapkan saham-saham yang menjual kebutuhan sehari-sehari cenderung lebih resilient seperti AMRT dan MIDI. Akan tetapi investor juga perlu lebih berhati-hati, karena tidak semua mampu menghadapi pandemi seperti HERO. Adapun saham-saham ritel yang menjual pakaian dinilai lebih terdampak di tengah pandemi Covid-19 ini. 

Lebih lanjut Zamzami mengungkapkan, agak sulit memprediksi hingga berapa lama tekanan penjualan eceran ini akan berlangsung. Sebab, tekanan tersebut bergantung kelancaran PPKM, vaksinasi, dan angka kasus Covid-19.

"Penjualan eceran salah satu indikator konsumsi sehingga cukup penting diperhatikan. Memang, selama PPKM dan virus masih terus merajarela kemungkinan masih sulit tumbuh pesat," tutupnya, Rabu (10/2). 

Selanjutnya: Pertumbuhan Indeks Saham Ini Menggungguli LQ 45 dan IHSG di Awal Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×