Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan kinerja sepanjang enam bulan pertama 2023. Pendapatan dan laba bersih TINS kompak ambles terseret penurunan harga jual rata-rata logam timah.
Dalam laporan keuangan yang terbit di Bursa Efek Indonesia (BEI), TINS mengantongi pendapatan senilai Rp 4,57 triliun pada semester I-2023. Merosot 38,82% dibandingkan raihan Rp 7,47 triliun pada semester I-2022.
Penjualan ekspor TINS merosot 43,98% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp 6,73 triliun menjadi Rp 3,77 triliun. Sedangkan penjualan lokal mengalami kenaikan 7,13% (YoY) dari Rp 741,13 miliar menjadi Rp 793,98 miliar.
Penjualan logam timah TINS hingga Juni 2023 mencapai Rp 3,34 triliun, turun 43,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan logam timah tersebut berkontribusi 73,08% terhadap total pendapatan TINS di semester I-2023.
Baca Juga: PT Timah (TINS) Masih Mengkaji Dampak Kerugian Tenggelamnya Kapal Isap Produksi
Secara bottom line, laba bersih TINS merosot tajam. Laba bersih TINS hanya tersisa Rp 16,26 miliar pada semester I-2023. Terjun 98,5% dibandingkan laba bersih yang diraih TINS pada semester I-2022 senilai Rp 1,08 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Fina Eliani, membeberkan terjadi penurunan sebagian harga logam pada akhir semester I-2023. Hal ini terjadi di tengah permintaan global yang lemah dan peningkatan persediaan logam timah di gudang LME, sehingga mengakibatkan harga logam timah berfluktuasi cenderung menurun.
"Kondisi harga jual rerata logam timah dan cuaca yang belum mendukung sampai dengan semester I-2023 masih menjadi penyebab penurunan produksi timah yang menggerus laba bersih Perseroan," kata Fina dalam keterbukaan informasi di BEI, Kamis (31/8) malam.
Dalam laporan operasional hingga kuartal II-2023, TINS memproduksi bijih timah sebanyak 7.755 ton Sn. Terdiri dari produksi darat 2.653 ton Sn dan laut 5.102 ton Sn. Produksi bijih timah mengalami penurunan 22% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 dengan volume 9.901 ton Sn.
Produksi logam timah TINS ikut turun 8% secara tahunan dari 8.805 metrik ton menjadi 8.100 metrik ton. Begitu juga dari sisi penjualan logam timah yang merosot 16% secara tahunan dari 9.942 metrik ton menjadi 8.307 metrik ton.
Pada saat yang sama, harga jual rata-rata logam timah anjlok 35% menjadi US$ 26.828 per metrik ton. Dibandingkan harga jual rata-rata semester I-2022 lalu senilai US$ 41.110 per metrik ton.
Dalam periode setengah tahun 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan enam besar negara tujuan ekspor, meliputi Jepang 17%; Korea Selatan 14%; Belanda 11%; Amerika Serikat 9%; Taiwan 9%; dan India 8%.
Meski mengalami penurunan kinerja, Fina menyatakan indikator keuangan TINS masih menunjukkan hasil yang baik. Terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 48%, Current Ratio sebesar 206%, Debt to Asset Ratio sebesar 21%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 41%.
Posisi nilai aset TINS pada kuartal II-2023 sebesar Rp12,80 triliun, dan liabilitas senilai Rp 6,12 triliun. Sementara itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada kuartal II turun menjadi Rp 2,72 triliun dari sebelumnya Rp 2,77 triliun. "Saat ini kepercayaan pihak kreditur atau institusi keuangan terhadap Perseroan masih kuat," sebut Fina.
TINS memiliki posisi ekuitas sebesar Rp 6,68 triliun, turun 5% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 7,04 triliun seiring pembagian dividen yang dicadangkan. Adapun, TINS membukukan EBITDA sebesar Rp 533,6 miliar.
Baca Juga: Kejar Target Produksi, Timah (TINS) Anggarkan Capex Rp 950 Miliar di Tahun 2023
Fina melanjutkan, perubahan manajemen baru di jajaran Direksi pada RUPST 15 Juni 2023 diharapkan bisa meningkatkan kinerja. Fina bilang, manajemen baru telah melakukan upaya-upaya strategis untuk meningkatkan kinerja TINS.
Di antaranya dengan penambahan unit kapal isap produksi, penerapan efisiensi di seluruh bisnis proses, peningkatan kapasitas produksi tambang primer, pembukaan tambang darat baru, serta peningkatan recovery dengan mengoptimalkan unit-unit pengolahan.
Di sisi lain, TINS juga melakukan pengamanan aset dan penegakan aturan serta kerja sama penambangan rakyat untuk mereduksi illegal mining di wilayah konsesi pertambangan. "Manajemen tetap optimistis akan adanya peningkatan di kuartal berikutnya sesuai target yang sudah ditetapkan Perseroan," tandas Fina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News