Reporter: Riska Rahman | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Ancaman banjir pasokan masih menghantui laju harga nikel. Peningkatan produksi dari produsen utama nikel dunia makin membuat harga nikel terus tertekan dalam jangka pendek.
Mengutip Bloomberg, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange pada Selasa (16/5) tergerus 1,24% dari hari sebelumnya ke level US$ 9.120 per metrik ton. Selama sepekan terakhir, harga nikel telah terkikis 1,03%.
Menurut Analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte menunjuk menteri lingkungan hidup yang baru untuk menggantikan Regina Lopez yang dicopot dari jabatannya, produksi nikel Filipina mungkin bertambah.
Roy Cimatu yang ditunjuk Duterte sebagai Menteri Lingkungan Hidup yang baru dikenal lebih berhati-hati ketimbang pendahulunya. Hal ini memberikan sinyal bahwa produksi nikel dari Filipina mungkin bertambah.
"Pelaku pasar menduga ada kelonggaran bagi tambang nikel di Filipina yang akan berdampak pada pasokan," ujar Andri.
Ancaman oversupply pun datang dari Indonesia. Pemerintah yang mulai melonggarkan peraturan ekspor konsentrat mineral sejak Januari lalu membuat gairah ekspor nikel membara.
Sejak April lalu, PT Aneka Tambang Tbk telah mengantongi izin ekspor nikel kadar rendah sebesar 2,7 juta ton. Sementara itu, Mei ini Antam telah melepas produksi nikel sebesar 150.000 ton untuk dikirim ke China.
"Kondisi ini membuat pasar khawatir akan banjir pasokan nikel sehingga harga nikel mungkin akan terus tertekan hingga sepekan ke depan," kata Andri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News