Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia terus meningkat. Pada Minggu (4/7) hingga pukul 12.00 WIB, data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat, terdapat 27.233 penambahan kasus baru di Indonesia dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, terdapat 295.228 kasus aktif Covid-19 di Tanah Air.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mencermati, prospek kinerja saham farmasi dan saham rumah sakit akan meningkat seiring dengan penambahan kasus Covid-19 di Indonesia. "Tapi untuk pergerakan sahamnya, bisa saja menjadi waktunya untuk melakukan penjualan, yang nantinya akan menjadi tekanan jual, sehingga sahamnya bisa turun dulu," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Minggu (4/7).
Menurut catatan Kontan.co.id, dalam sepekan terakhir harga saham farmasi dan saham rumah sakit mayoritas bergerak di zona hijau. Penguatan harga paling tinggi dialami oleh saham Indofarma (INAF) hingga 27,03% menjadi Rp 3.290 per saham.
Di sisi lain, terdapat beberapa saham yang mengalami penurunan harga. Saham rumah sakit Sarana Meditama Metropolitan (SAME) mengalami tekanan harga paling dalam hingga 7,41% dalam sepekan menjadi Rp 625 per saham.
Baca Juga: Pemerintah diminta tanggung biaya obat pasien Covid-19 isolasi mandiri
Kendati saham farmasi dan rumah sakit mendapat sentimen positif dari pandemi Covid-19, pergerakan harga sahamnya beragam dipengaruhi oleh market maker yang memanfaatkan momentum ini untuk menaikkan harga sahamnya. Selain itu, adanya perbedaan pandangan trader saham yang akhirnya mempengaruhi strategi jual beli dalam rentang waktu singkat atau short term.
Terhadap saham-saham yang sudah naik signifikan, Sukarno memperkirakan sahamnya berisiko mengalami koreksi terlebih dahulu. Walau begitu, tidak menutup kemungkinan sahamnya akan terkerek kembali setelah terkoreksi.
Menurut catatan Kontan.co.id, terdapat beberapa saham farmasi dan saham rumah sakit yang naik drastis dalam sepekan terkahir, bahkan menyentuh dua digit. Saham-saham tersebut seperti Medikaloka Hermina (HEAL) yang menguat 13,73%, Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) yang naik 10,38%, Indofarma (INAF) yang menguat 27,03%, dan Kimia Farma (KAEF) dengan peningkatan 16,79%.
Baca Juga: Permintaan produk multivitamin hingga antibiotik Kalbe Farma (KLBF) meningkat 25%
Untuk ke depan, Sukarno mencermati beberapa saham farmasi dan rumah sakit, salah satunya Royal Prima (PRIM). Secara teknikal, saham PRIM berpotensi menguat karena didapati pola ascending triangle. Apabila harga berhasil menembus resistance dan bisa bertahan di atasnya, ada peluang besar harga kembali rally besar dengan target harga Rp 404 per saham. Adapun level resistance yang harus diuji kembali di Rp 346 dan support di Rp 304.
Sementara untuk Tempo Scan Pacific (TSPC) dan Siloam International Hospitals (SILO), secara valuasi harganya tergolong murah dibandingkan pesaingnya. Direkomendasikan hold dua saham tersebut karena untuk jangka pendek Sukarno belum melihat sinyal buy yang jelas.
"Target harga masing-masing minimal 5% sampai 10% untuk jangka menengah," imbuh Sukarno kepada Kontan.co.id. Adapun investor tetap disarankan berhati-hati jika kedua saham itu terjadi penurunan harga dan terjadi breakdown support. Walaupun dinilai murah, terkadang harga saham bisa turun terlebih dahulu. Apalagi, secara teknikal harganya sudah tinggi.
Senada, Analis Erdhika Elit Sekuritas Regina Fawziah berpendapat, kenaikan kasus pandemi Covid-19 yang tinggi di Indonesia menjadi salah satu katalis positif bagi beberapa saham. Mengingat, produk dan pelayanan terkait dengan kesehatan menjadi sangat dibutuhkan. Adapun katalis terbaru yang menopang saham-saham farmasi adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang pekan lalu mengumumkan akan melakukan uji klinis terhadap Ivermectin yang diproduksi Indofarma sebagai obat Covid-19.
Baca Juga: Kasus Covid-19 meroket, permintaan produk kesehatan Kimia Farma (KAEF) melonjak 30%
Walaupun kenaikan kasus Covid-19 dan katalis baru di atas menjadi pendorong terkereknya harga khususnya bagi saham farmasi, para pelaku pasar disarankan untuk tetap memperhatikan volume serta fokus bisnis emiten farmasi saat ini. Termasuk, mencermati likuiditas sahamnya.
Regina mencermati, kenaikan harga emiten plat merah INAF dan KAEF sudah mencapai salah satu titik resistance tertinggi. Akan tetapi, keduanya masih memiliki potensi untuk terkerek lebih tinggi lagi. INAF memiliki level resistance di Rp 3.650- Rp 3.700. Sementara KAEF memiliki level resistance di Rp 3.550-Rp 3.750. "Sehingga untuk kedua emiten tersebut, menurut kami masih bisa untuk buy on weakness," ujar Regina kepada Kontan.co.id, Minggu (4/7).
Untuk saham HEAL dan SRAJ yang harganya sudah naik signifikan, dia menyarankan wait and see terlebih dahulu. Kedua saham itu sudah mencapai resistance tertinggi selama tahun 2021 ini.
Selain saham farmasi dan rumah sakit, Regina juga melihat saham distributor alat kesehatan IRRA juga menarik di tengah pandemi Covid-19. "Beberapa waktu lalu IRRA juga telah membukukan kenaikan penjualan, yang mana kenaikan tersebut terbesarnya dari produk in vitro berupa antigen test yang saat ini sedang banyak digunakan dan dibutuhkan juga," imbuhnya. Saham IRRA memiliki level support di Rp 1.870 dan resistance di Rp 2.270 hingga Rp 2.380 per saham.
Baca Juga: Sederet emiten akan membagikan dividen, cermati rekomendasi berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News