kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penguatan Yuan Bisa Memicu Aliran Modal Asing ke Indonesia


Kamis, 24 Juni 2010 / 15:49 WIB
Penguatan Yuan Bisa Memicu Aliran Modal Asing ke Indonesia


Reporter: Irma Yani |

JAKARTA. Pemerintah sambut baik perubahan kebijakan Pemerintah China dalam menguatkan mata uangnya, Yuan. Perubahan ini bisa memicu aliran dana asing ke Indonesia.

"Kita sambut baik bahwa Pemerintah China melonggarkan Renmimbi (Yuan) menjadi lebih kuat," papar Menteri Keuangan Agus Martowardojo saat ditemui di kantornya, Kamis (24/6).

Menkeu bilang, perubahan kebijakan tersebut sebenarnya dipicu oleh keluhan beberapa negara besar dan negara mitra dagang China. Mereka menilai nilai tukar Yuan selama ini terlalu rendah. Kondisi itu membuat produk-produk dan jasa dari China sangat kompetitif.

Kalau sekarang mereka memperkuat Yuan, kata Agus, ini menunjukkan bahwa mereka concern tentang kondisi dunia. "Niat China ini disambut baik di forum negara maju G20," tandasnya.

Bagi Indonesia, lanjut Agus, perekonomian domestik akan menguat seiring dengan harapan penguatan Yuan itu. "Misalnya, sekarang ini dana-dana banyak di luar negeri masuk Indonesia, bagaimana dana ini tetap ada di Indonesia atau mengkonversi menjadi investment," terangnya. Selain memicu aliran modal, penguatan Yuan juga bisa memperbaiki neraca dagang RI - China.

Sekadar catatan, pada akhir pekan lalu, China mengubah kebijakan terhadap nilai tukar Yuan. Pernyataan ini langsung mendongkrak nilai tukar Yuan ke posisi tertingginya dalam lima tahun terakhir.

Pengamat ekonomi Tony Prasentiono mengatakan penguatan Yuan akan berdampak positif, baik bagi sektor riil maupun finansial. "Dengan nilai yuan yang lebih kuat (revaluasi) akan menurunkan (sedikit) daya saing produk China," katanya.

Di pasar modal, lanjut Tony, harga saham di China pun akan menjadi lebih mahal. Sementara itu, secara umum perekonomian China juga akan terkoreksi. Surplus akan menurun, pertumbuhan ekonomi akan sedikit terpangkas."Dengan prospek yang seperti ini, maka ada harapan para investor global akan sedikit berpaling ke emerging markets yang lain, termasuk Indonesia. Jadi, kita akan mendapat semacam windfall dari situasi ini. Pasar modal kita akan bergerak positif, kian diminati investor global," tandasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×