kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Penguatan terbatas harga gas alam


Senin, 05 Januari 2015 / 18:42 WIB
Penguatan terbatas harga gas alam
ILUSTRASI. 57 Persen dari Target 2023, Marketing Sales Ciputra Development (CTRA) Tembus Angka Rp5,1 Triliun


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga gas alam berbalik ke arah positif di awal tahun 2015, setelah pada akhir Desember lalu sempat menyentuh level terendah di US$ 2,889 per mmbtu. Namun, kenaikan ini diprediksi bersifat temporer lantaran indeks dollar Amerika Serikat (AS) yang terus menanjak.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (5/1), harga gas alam pengiriman Februari 2015 di New York Merchantile Exchange menguat 3,73% ke level US$ 3,115 per mmbtu.

Ibrahim, Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka menilai, rebound gas alam dalam dua hari terakhir merupakan imbas dari bertambahnya permintaan di Negeri Abang Sam.

Di awal tahun seperti ini, hampir semua negara bagian memang sudah memasuki musim dingin. Lonjakan permintaan akibat faktor musim dingin ini tentu sedikit menggerus cadangan gas alam AS yang sebelumnya melimpah.

"Ada ekspektasi bahwa cadangan gas alam di AS akan terus turun selama musim dingin tahun ini," ungkap Ibrahim, Senin (5/1). Namun, investor sebaiknya tidak terlena dengan penguatan harga gas alam di awal Januari ini.

Pasalnya, indeks dollar AS per Senin (5/1) pukul 17.48 menanjak ke level 91,531. Ini adalah level indeks dollar AS tertinggi sejak Juli 2014. Kenaikan indeks dollar didorong oleh beberapa sentimen seperti pemilihan umum di Yunani.

Banyak pihak khawatir pemilu itu nantinya akan mendorong Yunani keluar dari zona euro. Bank sentral Eropa (ECB) juga berniat membeli kembali obligasi guna menekan angka deflasi.

Dua faktor ini kemudian berimbas negatif pada  pergerakkan harga komoditas duia, terutama minyak bumi. Koreksi minyak yang terus terjadi hingga ke bawah US$ 60 per barel tentu saja berpotensi menekan harga gas alam sebagai komoditas substitusi.

"Saat harga minyak turun ke bawah US$ 60 dollar, pembeli tentunya lebih memilih menggunakan minyak ketimbang gas alam," terang Ibrahim. Dengan kondisi tersebut, Ibrahim memprediksi penguatan harga gas alam akan tertahan hingga akhir Januari ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×