Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penguatan yang didulang rupiah masih gagal membawa posisi mata uang Garuda kembali ke bawah level Rp 13.000 per dollar AS. Kini pasar sedang menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk mencari sentimen penguatan lainnya pada Kamis (20/10).
Di pasar spot, Rabu (19/10) posisi rupiah terangkat 0,13% di level Rp 13.008 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah berhasil melambung 0,28% ke level Rp 13.007 per dollar AS.
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengungkapkan sajian data inflasi AS September 2016 yang tidak memuaskan pasar jadi biang kerok pelemahan USD. Tercatat memang inflasi September 2016 tumbuh dari 0,2% menjadi 0,3%, namun inflasi inti AS turun dari 0,3% menjadi 0,2%.
Efeknya probabilitas kenaikan suku bunga The Fed Desember 2016 pun mengempis dari 66% menjadi 63%. “Celah pelemahan USD ini adalah faktor utama pendorong penguatan terbatas rupiah,” ujar Agus.
Karena menurut Agus dari faktor domestik nyaris tidak ada katalis yang bisa menopang penguatan. Dominasi katalis datang dari sisi eksternal.
Kini pasar sedang berhati-hati menunggu rilis hasil RDGBI pada Kamis (20/10). Menurut Agus pasar menduga BI akan memangkas acuan seven days repo rate-nya. “Jika dipangkas malah bisa semakin memojokkan posisi rupiah,” kata Agus.
Hal ini disinyalir dilakukan karena BI berupaya menjaga level rupiah di kisaran Rp 13.000 – Rp 13.100 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News