Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) kini telah menjadi incaran para pelaku pasar sebagai safe haven yang likuid di tengah kondisi pasar yang diselimuti kekhawatiran. Pasalnya, tingginya inflasi AS diekspektasi akan membuat The Fed kembali agresif pada FOMC meeting bulan ini. Di tengah penguatan dolar AS, reksadana offshore yang berdenominasi dolar AS diyakini memiliki prospek yang menarik.
Tapi di satu sisi, kekhawatiran akan resesi ekonomi yang terjadi di AS dinilai bisa memberi dampak negatif terhadap kinerja reksadana offshore ke depan.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menerangkan, di tengah kondisi perekonomian global yang sedang tertekan fase stagflasi, inflasi akan mereda hanya secara bertahap.
Hal ini berpotensi membuat The Fed mempertahankan sikap agresifnya.
Baca Juga: Dolar AS Menguat, Reksadana Offshore Bisa Jadi Alternatif Investasi yang Menarik
Oleh karena itu, seiring dengan faktor penguatan dolar AS, memiliki reksadana offshore pada saat ini bisa menjadi salah satu pertimbangan investor
“Karena reksadana ini memiliki efek pada luar negeri, jadi investor dapat berinvestasi bersamaan dengan investor asing karena jenis reksadana ini bersifat global dan universal,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (18/7).
Meskipun reksadana offshore bisa menjadi salah satu pilihan pada saat ini, Reza menyebut secara umum kinerjanya secara year to date cenderung masih kalah jika dibandingkan dengan reksadana lokal.
Jika dilihat secara makro, sejauh ini perekonomian global sedang dilanda tekanan inflasi serta konflik antara Rusia - Ukraina yang memicu berbagai negara melakukan sanksi ekonomi ke Rusia. Hal ini berdampak pada naiknya harga komoditas yang pada akhirnya memicu kenaikan inflasi di berbagai negara global.
Alhasil, saham-saham global berada dalam tekanan dan membuat reksadana global pun pada akhirnya berkinerja tidak optimal.
“Namun, selama The Fed masih agresif menaikkan suku bunga, dan dolar AS akan terus menguat, jelas akan lebih menarik reksadana offshore, untuk jangka waktu sementara ini,” imbuh Reza.
Baca Juga: Pasar Keuangan Masih Fluktuatif, Investor Disarankan Wait and See
Di satu sisi, dia mengingatkan bahwa berinvestasi di reksadana offshore bukanlah hal yang mudah. Reza menyebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti mempertimbangkan cara pengelolaan manajer investasinya, hingga sektor saham yang dipilih dalam reksadana offshore tersebut haruslah sektor yang bisa mengangkat return, namun tetap likuid.
Berikutnya, yang tidak kalah penting adalah memperhatikan momentum. Seiring reksadana ini bersifat global, maka akan lebih diuntungkan jika kondisi dolar menguat seperti saat ini.
Namun jika inflasi sudah terkendali dan sektor-sektor dalam negeri sudah kembali bangkit, perlu dipertimbangkan kembali untuk berinvestasi di reksadana domestik.
“Tapi, karena meredanya inflasi hanya bertahap, maka The Fed akan mempertahankan sikap agresifnya. Oleh karena itu, menyikapi kondisi ini, pemilihan saham defensif, seperti komoditas, perbankan dan industri menjadi opsi yang tepat untuk reksadana offshore saat ini,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News