Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana offshore berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) dinilai bisa jadi pilihan menarik bagi para investor. Maklum, kinerja dolar AS belakangan ini memang tengah cemerlang seiring menjadi incaran para investor sebagai safe haven yang likuid.
Apalagi, pada bulan ini banyak pelaku pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali agresif dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps seiring masih tingginya inflasi AS. Di saat bersamaan, Bank Indonesia (BI) cenderung masih belum terburu-buru menaikkan suku bunga BI7DRR.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, kenaikan suku bunga The Fed secara teori memang menguntungkan dolar AS. Oleh sebab itu, reksadana offshore berdenominasi dolar AS diperkirakan masih punya prospek yang menarik ke depan.
Walau begitu, kenaikan suku bunga AS kali ini juga dibayangi resesi ekonomi AS yang secara fundamental ekonominya belum terlalu baik, terlepas dari agresifnya kebijakan The Fed.
Baca Juga: Pasar Keuangan Masih Fluktuatif, Investor Disarankan Wait and See
Menurutnya, hal ini juga harus diwaspadai karena berpotensi menjadi sentimen negatif untuk reksadana offshore.
“Ini bisa jadi pertimbangan investor karena bisa mempengaruhi prospek dolar AS ke depan,” ujar Wawan kepada Kontan.co.id, Senin (18/7).
Apalagi, potensi resesi ekonomi berpeluang akan berdampak negatif pada kinerja emiten-emiten AS. Alhasil, reksadana offshore berbasis saham berpotensi tertekan akibat hal tersebut.
Dengan demikian, dia menilai reksadana berdenominasi dolar AS yang berbasis obligasi cenderung lebih menarik prospeknya. Pasalnya, saat ini, secara tren, yield US Treasury masih cenderung bullish.
Sayangnya, Wawan menyebut kalangan yang bisa mendapatkan akses reksadana offshore ini cenderung terbatas, yakni investor institusi maupun investor high net worth. Salah satu penyebabnya adalah nilai minimal investasi pada produk reksadana offshore yang sebesar US$ 10.000.
Baca Juga: Aset Safe Haven Ini Bisa Jadi Pilihan Saat Tren Inflasi Melejit Tinggi
“Jika mempunyai dananya serta punya jangka waktu investasi hingga tiga tahun, reksadana dolar AS yang berbasis obligasi bisa dilirik,” tutup Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News