Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham tanah air masih menjadi incaran bagi investor asing. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), arus dana asing (hot money) yang masuk melalui net buy asing mencapai Rp 36,79 triliun.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, masifnya arus dana asing ke pasar saham domestik tidak terlepas dari stimulus yang digelontorkan oleh bank-bank sentral dunia, terutama bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Hal ini membuat emerging market seperti Indonesia memberi imbal hasil yang lebih tinggi, sehingga membawa masuk arus dana asing ke pasar saham tanah air.
Alwy menilai, investor asing cukup selektif dalam menempatkan dananya. Sebab, pasar pasti melihat kondisi di dalam negeri, seperti indikator keberhasilan penanganan Covid-19. “Investor lebih nyaman ketika masuk ke negara yang penanganan pandeminya berhasil,” terang Alwy kepada Kontan.co.id, Senin (20/12).
Baca Juga: Pelemahan Kurs Rupiah Bisa Berlanjut pada Selasa (21/12)
Ditambah, saat ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia cukup positif, yang terlihat dari tumbuhnya beberapa data ekonomi, seperti purchasing manager’s index (PMI) yang mulai berada di level ekspansi. Kondisi cadangan devisa (cadev), neraca perdagangan, dan neraca transaksi berjalan juga membaik. Ini menandakan terdapat pemulihan yang cukup baik pada sisi ekonomi.
Senada, Kepala Riset RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya mengatakan, dana asing tertarik masuk ke Indonesia karena mereka melihat outlook masa depan ekonomi yang kuat. Potensi ini ditunjang dengan jumlah komposisi penduduk muda (demografi) yang tinggi. “Selain itu, kondisi politik di Indonesia relatif stabil sehingga risiko Indonesia relatif lebih rendah,” terang Andrey.
Namun, Andrey menilai, kemungkinan arus dana asing akan berkurang di akhir tahun 2021 dan awal 2022. Berkurangnya arus dana asing disetir oleh pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh The Fed. “Kondisi ini menyebabkan dana akan kembali ke negara maju, terutama Amerika Serikat,” sambung Andrey.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,29% ke Rp 14.384 per Dolar AS pada Senin (20/12)
Alwy juga menilai, tren pengetatan moneter yang dimotori oleh Bank Sentral Inggris, yang kemudian akan diikuti oleh The Fed, membuat arus dana asing tidak akan sederas ketika stimulus moneter masih jor-joran.
Meskipun dibayangi pengetatan moneter, bursa saham domestik tidak kehilangan daya pikatnya. Alwy menilai, bursa saham Indonesia masih undervalued.
Meskipun sudah sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa atau all-time high, bursa saham tanah air masih undervalued bila dibandingkan bursa saham AS dan Eropa. Sehingga, bisa saja terjadi rotasi dari bursa saham yang sudah naik tinggi ke bursa saham yang masih undervalued.
“Aspek recovery yang saat ini masih berjalan di dalam negeri mungkin masih bisa menarik asing,” pungkas dia.
Selain Indonesia, pasar negara berkembang lainnya yang berpotensi menarik perhatian investor asing adalah pasar saham India. Selain penanganan Covid-19 nya cukup bagus, data ekonomi India juga tumbuh lebih baik. Sementara itu, pasar saham seperti Hong Kong masih akan diwarnai oleh sengketa dagang China dan Amerika Serikat, ditambah dengan sentimen default perusahaan properti. Investor asing dinilai akan menghindari sentimen ini.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,83% ke 6.547 Pada Senin (20/12), Net Buy Terbesar Asing di Saham MLPL
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News