kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pengembang Perumahan Lebih Diuntungkan Daripada Pengembang Kawasan Industri & Bisnis


Senin, 04 April 2022 / 16:18 WIB
Pengembang Perumahan Lebih Diuntungkan Daripada Pengembang Kawasan Industri & Bisnis
ILUSTRASI. Mayoritas pengembang perumahan mencatatkan kinerja lebih positif dibandingkan pengembang kawasan industri dan kawasan bisnis.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten pengembang properti telah mengumumkan kinerja keuangan. Mayoritas pengembang perumahan mencatatkan kinerja lebih positif dibandingkan pengembang kawasan industri dan kawasan bisnis.

Lihat saja, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga membukukan pertumbuhan laba bersih 378,74%. Lalu, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih 80% dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil memangkas rugi bersihnya hingga 82%.

Sementara, emiten pengembang pengembang high rise ataupun kawasan industri terbilang memiliki kinerja negatif. Misalnya PT PP Properti Tbk (PPRO) mencatat laba bersih turun 81,38% yoy. Lalu, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatat peningkatan rugi bersih hingga 128%.

Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana menilai untuk tahun ini pengembang perumahan masih lebih diuntungkan dibanding pengembang kawasan industri dan kawasan bisnis. Menurutnya, ada beberapa sentimen pendorong emiten pengembang perumahan.

Baca Juga: IHSG Mencapai Rekor Baru 7.116 Pada Senin (4/4) Diiringi Net Buy Asing

Pertama, suku bunga Indonesia saat ini masih rendah sehingga menjadi katalis positif bagi pembeli karena bunga kreditnya juga masih rendah, kendati ada proyeksi kenaikan suku bunga di semester kedua tahun 2022. Dia memproyeksikan sepanjang semester pertama 2022, suku bunga acuan masih berada pada level 3,5%.

Kedua, kebijakan pemerintah melanjutkan pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Rumah pada tahun ini hingga September 2022 berpotensi meningkatkan permintaan emiten properti pengembang perumahan. Kemudian, rencana rights issue PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tahun ini yang bertujuan untuk menopang pembiayaan perumahan nasional.  

"Sementara itu, emiten-emiten pengembang kawasan industri dan kawasan bisnis masih terbebani karena adanya gelombang omicron pada akhir tahun 2021 dan awal 2022 yang menghambat proses manufaktur," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (3/4).

Baca Juga: Pendapatan PP Properti (PPRO) Anjlok 58,5% di Tahun 2021

Secara umum, Raditya memproyeksikan sektor properti tahun ini masih berada pada kinerja positif untuk tahun ini terutama untuk emiten-emiten pengembang perumahan. "Namun, untuk emiten-emiten pengembang kawasan industri dan kawasan bisnis, baru mulai bergairah apabila status pandemik sudah berubah menjadi endemik," lanjutnya.

Dari sisi saham, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai saham-saham emiten pengembang properti masih belum menarik. Menurutnya, masih belum ada sentimen yang cukup kuat, masih minim sentimen dan dominan aksi jual.

"Namun jika kinerja terus membaik setidaknya saham-saham ini bisa dijadikan watch list dulu sambil menunggu momentum untuk membeli sahamnya," kata dia.

Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Rp 1 Triliun

Dalam sepekan terakhir, saham-saham emiten tersebut cenderung parkir di zona merah. BSDE terpantau turun 3,40%, SMRA turun 6,33%, LPKR turun 7,75%, SSIA turun 1% dan PPRO turun tidak bergerak. Namun, dalam sebulan terakhir, mayoritas berada di zona hijau, hanya PPRO yang mencatatkan penurunan 1,92%.

William pun melihat, beberapa saham properti yang masih dapat dikoleksi, yakni BSDE dengan target harga Rp 1.175 per saham hingga Rp 1.225 dan CTRA dengan target harga Rp 1.200 per saham. Raditya juga menyarankan kedua emiten tersebut, dengan rekomendasi keduanya buy on weakness BSDE dengan target Rp 1.100 per saham dan CTRA dengan target Rp 1.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×