Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal III tahun 2021, Bank DBS Indonesia mengeluarkan panduan penting tentang investasi. Bank DBS berharap pandangan ini bisa menjelaskan bagaimana pemodal dapat berinvestasi di bulan-bulan mendatang.
Lima pandangan tersebut disampaikan oleh Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook sebagai berikut:
1. Saham: Menciut, namun tanpa gejolak
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini bergerak stagnan. IHSG hanya menghasilkan imbal hasil sebesar 0,11% secara year to date (ytd). Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed mengenai rencana pengurangan pembelian aset (Fed taper) akan membuat pasar saham melemah. Hou Wey Fook dalam rilis menjelaskan, pelemahan harga saham tidak akan menimbulkan gejolak signifikan.
Baca Juga: Investasi Obligasi SBR-010 Bermodal Mulai Rp 1 Juta, Takar Plus Minusnya
Sejatinya, Fook menjelaskan, terjadi perbedaan pandangan antara The Fed dan pasar apakah “Fed Taper” akan menjadi kenyataan pada paruh kedua tahun ini. "Kami percaya kekhawatiran seputar pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS akan mendominasi perbincangan dalam beberapa bulan mendatang dan menimbulkan gejolak pasar yang lebih tinggi," terang dia dalam rilis, Kamis 1 Juli 2021.
Menurut Hou Wey Fook, rencana pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral AS tidak dapat dikesampingkan jika ekspektasi inflasi mendekati angka 3%. "Karena itu kami memposisikan diri untuk menghadapi kemungkinan ini akan menjadi langkah bijak bagi alokasi portofolio," kata dia.
Pasalnya terjadi kesamaan keadaan makro pada saat ini dan sebelum taper tantrum pada 2013. Kemudian selang beberapa waktu pasca taper talk (wacana pengurangan) dan kenaikan suku bunga.
Hou Wey Fook menegaskan, kondisi yang terjadi kali ini tidak akan seperti tahun 2013. "Kami yakin akan terjadi pengurangan namun tanpa gejolak. Setiap pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral AS menyusul pemulihan ekonomi bukan hal negatif bagi pasar saham mengingat kenaikan pendapatan perusahaan seiring membaiknya perekonomian," ujar dia.
2. Keputusan alokasi aset menjadi kunci
Di kuartal III tahun ini, Bank DBS memberi rekomendasi untuk mengalokasikan porsi lebih besar pada saham dibanding obligasi. Menurut Hou Wey Fook, pendistribusian vaksin dan pemulihan ekonomi akan terus berlanjut sehingga ini akan mendorong kinerja saham di atas obligasi.
"Dari perspektif lintas aset, kami mempertahankan pilihan kami atas ekuitas ketimbang obligasi. Tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan bagi ekonomi global," tutur dia. Namun, dari sisi momentum, perbaikan ekonomi AS, Jepang dan negara Asia selain Jepang telah mencapai puncak untuk saat ini dan beberapa moderasi terjadi.
Sementara itu, momentum pertumbuhan Eropa tampak menjanjikan dalam beberapa kuartal ke depan mengingat keberhasilannya dalam hal vaksin. Hou Wey Fook juga menyarankan memilih Eropa, ketimbang Asia selain Jepang.
Baca Juga: IHSG menguat 0,34% ke 6.005 hingga akhir perdagangan Kamis (1/7)
Di pasar negara maju (Developed Markets/DM), Bank DBS telah sedikit mengubah pandangan menjadi lebih positif untuk saham Eropa. Data terbaru menunjukkan bahwa Eropa telah mencapai tingkat vaksinasi yang lumayan dan membuka kembali ekonominya. Angka ekonomi Eropa juga cukup mengejutkan dan lebih baik ketimbang AS/Jepang dan menggarisbawahi momentum pertumbuhan wilayah tersebut.
Pasar Eropa juga menjadi penerima manfaat atas penemuan vaksin, dengan titik berat pada sektor tradisional seperti keuangan, industri, dan material. Sektor itulah yang siap untuk mengalami pemulihan lebih kuat pasca pandemi. Bank DBS Indonesia juga memilih untuk memilih saham di negara maju ketimbang emerging market (negara berkembang).