Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Minat manajer investasi (MI) terhadap obligasi pemerintah alias surat utang negara (SUN) cukup besar. Ini terlihat dari nilai aset dasar reksadana di SUN yang terus meningkat.
Mengutip data situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), per 23 Mei 2014, aset dasar reksadana di SUN mencapai Rp 45,76 triliun. Ini menjadi nilai tertinggi sejak Desember 2012. Kendati demikian, dari sisi porsi terhadap total SUN yang dapat diperdagangkan hanya sebesar 4,14%. Padahal pada Desember 2012, porsinya mencapai 5,26%.
Jenis reksadana pendapatan tetap menjadi jenis reksadana yang paling banyak menjadikan SUN sebagai aset dasar. Maklum, aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK sekarang Otoritas Jasa Keuangan/OJK) mewajibkan minimal 80% aset dasar reksadana ini berada pada efek utang baik pemerintah atau korporasi.
Analis PT Infovesta Utama, Edbert Suryajaya mengatakan, naiknya nilai aset reksadana di SUN dibarengi dengan penurunan porsi, karena SUN terbitan baru tidak banyak dikoleksi oleh MI. "Khususnya untuk aset reksadana pendapatan tetap," ujarnya.
Reksadana Baru
SUN seri baru, lanjut Edbert, kemungkinan besar hanya dikoleksi oleh produk reksadana yang juga baru. Untuk reksadana lama, MI cenderung kurang tertarik dengan SUN baru. Selain itu, MI tidak terlalu banyak menerbitkan reksadana pendapatan tetap baru.
"Mengikuti minat pasar, MI lebih banyak menerbitkan reksadana saham baru ketimbang reksadana pendapatan tetap," tambah Edbert. Wajar jika dana kelolaan MI pada efek saham lebih besar dibanding efek utang.
Di sisi lain, SUN masih lebih menarik dijadikan aset dasar reksadana ketimbang obligasi korporasi. Dengan kecenderungan ekonomi makro yang membaik, harga SUN diprediksi terus naik. Jadi Edbert memprediksi, porsi kepemilikan reksadana di SUN akan meningkat ke level 5% di akhir tahun 2014.
Direktur PT Panin Asset Management (PAM), Ridwan Soetedja bilang, PAM kini mengelola dana sekitar Rp 15 triliun. Dari jumlah itu, dana yang ditempatkan di SUN hanya mencapai Rp 200 miliar atau setara 1,3% dari total dana kelolaan.
"Target kami juga cukup konservatif, yakni dana kelolaan di SUN bisa menjadi Rp 250 miliar pada akhir tahun 2014," ujar Ridwan. Reksadana pendapatan tetap PAM juga lebih banyak mengoleksi SUN ketimbang obligasi korporasi.
PT Bahana CTW juga menerapkan strategi serupa. Ini terlihat dari komposisi portofolio tiga reksadana pendapatan tetap yakni Ganesha Abadi, Makara Prima dan Kehati Lestari. Dana kelolaan tiga reksadana itu di SUN masing-masing sebanyak 47,37%, 50,68% dan 82,29%.
Direktur Utama Bahana CTW, Edward P. Lubis memandang, obligasi pemerintah memiliki prospek lebih bagus. Kendati demikian, Bahana TCW bisa mengoleksi obligasi korporasi jika memang memenuhi sejumlah persyaratan seperti mendapatkan peringkat investment grade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News