Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melejitnya harga batubara membuat pemerintah melakukan intervensi khusus untuk sektor semen dan pupuk. Kedua sektor tersebut memang merupakan pengguna batubara.
Melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Jual Batubara untuk Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku/Bahan Bakar Industri Semen dan Pupuk di Dalam Negeri, pemerintah menetapkan harga jual sebesar maksimal US$ 90 per ton.
Aturan terkait penetapan harga khusus ini resmi berlaku per 1 November 2021 hingga 31 Maret 2022 mendatang.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin mengatakan, intervensi harga ini akan membantu meningkatkan margin profitabilitas perusahaan semen tahun depan.
Baca Juga: Empat emiten semen kompak catatkan kenaikan volume penjualan hingga kuartal ketiga
Tentunya, asumsi ini dengan menimbang adanya faktor-faktor lain, seperti efisiensi biaya lebih lanjut di tingkat operasional, potensi pemulihan volume, dan potensi harga jual rerata atau average selling price (ASP) yang lebih tinggi juga.
Dus, hal ini akan berdampak pada margin kotor dua emiten semen terbesar di tanah air.
Mimi memperkirakan, margin kotor PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) akan berada di level 31,0% pada tahun depan. Perkiraan ini naik dari proyeksi margin kotor di tahun ini sebesar 30,6%.
Sedangkan margin kotor PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) di tahun 2022 diproyeksikan 34,8%, dari sebelumnya sebesar 34,2% di akhir tahun 2021.
“Karena biaya pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS) beberapa perusahaan semen berkaitan dengan biaya energi, maka kenaikan harga batubara memang membebani margin profitabilitas perusahaan semen,” tulis Mimi dalam riset yang dikutip Kontan.co.id, Selasa (9/11).
Senada, Analis Henan Putihrai Sekuritas Indonesia Andreas Yordan Tarigan menilai, dengan ditetapkannya harga jual batubara maksimum US$ 90 per ton untuk industri semen tentu dapat berpengaruh sangat baik untuk emiten. Mengingat bahan bakar merupakan salah satu komponen COGS terbesar dari industri semen.
Asal tahu saja, bahan bakar dapat berkontribusi sekitar 30%-40% dari total COGS emiten-emiten semen.
“Dengan turunnya harga batubara tentu dapat menaikkan profitabilitas perusahaan-perusahaan semen,” terang Andreas saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/11).
Di satu sisi, Mimi meyakini konsumsi semen domestik pada tahun ini belum menunjukkan pemulihan yang optimal. Pandemi Covid-19 yang melonjak dan mencapai kasus positif harian tertinggi sepanjang kuartal ketiga telah menghambat pemulihan konsumsi semen domestik tahun ini.
Hanya saja, dengan tren penurunan kasus positif harian Covid-19 di Indonesia dan pembukaan kembali ekonomi secara bertahap, Mimi percaya pemulihan kegiatan ekonomi di tahun-tahun mendatang akan terjadi. Dus, Mimi melakukan penyesuaian terhadap perkiraan konsumsi semen domestik.
Saat ini, Mirae Asset memperkirakan konsumsi semen domestik pada tahun ini naik 5,8% menjadi 66,2 juta ton. Sementara untuk tahun 2022, diperkirakan tumbuh 6,2% secara tahunan menjadi 70,3 juta ton.
Selanjutnya: Cuan investasi di perusahaan digital berpotensi lebih besar dibandingkan konvensional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News