Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah gencar menggelontorkan surat utang negara (SUN) di paruh pertama tahun ini. Di periode tersebut, penerbitan SUN mencapai Rp 402,7 triliun, setara dengan 58,8% dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 684,83 triliun.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan penerbitan SUN di semester I-2017 hanya sebesar Rp 393,1 triliun. Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan menyebut, nilai penerbitan SUN di paruh pertama tahun ini lebih besar karena pemerintah menerapkan strategi front loading demi memenuhi target pembiayaan dan menutup sebagian kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Selain itu, kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) pada pertengahan Mei lalu turut mengerek perfoma SUN. Menilik data IBPA, per 22 Juni 2017, kinerja obligasi pemerintah secara year to date (ytd) sudah tumbuh 9,21%.
Selain itu, Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menyebut, nilai penerbitan SUN di semester I lebih besar dari tahun lalu lantaran keluarnya obligasi global yang berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) dan yen, serta sukuk global, yang ternyata laris manis. "Padahal penyerapan lelang, khususnya di kuartal dua, di bawah target sebesar Rp 138 triliun," tegas Made, kemarin.
Tenor panjang menarik
Karena sudah berhasil melewati target, Ifan memperkirakan, pemerintah akan mulai mengurangi pasokan surat utang ke pasar pada paruh kedua tahun ini. Karena itu, target nominal penerbitan tidak akan ada perubahan.
Diprediksi, dalam paruh kedua ini, pemerintah lebih sering menerapkan strategi private placement dalam meluncurkan SUN. Sebab, biasanya, seri yang ditawarkan melalui private placement berbeda dengan seri yang ditawarkan melalui lelang. "Strategi ini sangat bagus karena bisa menambah likuiditas seri-seri di luar seri benchmark nantinya," ujar Ifan, beberapa waktu lalu.
Namun Made mengingatkan, kondisi pasar dalam negeri yang stabil dapat membuat pelaku pasar beralih ke obligasi korporasi. Ini dilakukan untuk mengejar kupon yang lebih besar.
Maklum, SUN sejatinya sudah memasuki titik jenuh karena yield yang ditawarkan cukup rendah. "Yield seri benchmark saja sekarang sudah 6,8%, itu melampaui batas bawah yang kami targetkan di kisaran 6,9%-7%," kata Made.
Pada semester dua, seri dengan tenor panjang diperkirakan akan jadi idola. Mengingat yield SUN pada tenor pendek sudah tidak menarik bagi investor, kecuali yang hendak mengejar likuiditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News