Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester I-2020 kemarin, jumlah penerbitan sukuk korporasi mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun, penerbitan sukuk korporasi diyakini akan lebih banyak pada semester II-2020.
Berdasarkan data OJK, sejak awal tahun hingga 3 Juli, tercatat nilai penerbitan sukuk korporasi hanya mencapai Rp 1,52 triliun. Angka tersebut turun 71,43% secara year on year (yoy). Pasalnya pada periode yang sama tahun sebelumnya, jumlahnya mencapai Rp 5,32 triliun.
Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan penurunan penerbitan sukuk korporasi tidak terlepas dari imbal hasil atau yieldnya mengalami kenaikan yang lumayan besar pada semester I-2020 jika dibandingkan dengan semester I-2019.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Dipangkas, Obligasi Korporasi Bisa Ramai
Dimas menyebut kenaikan tidak hanya terjadi di sukuk korporasi, namun juga obligasi konvensional.
“Walaupun kenaikan yield sebenarnya cuma tajam pada kuartal II-2020 saja. Namun, dengan suplai yang berkurang sementara permintaan tidak berkurang banyak, pada praktiknya untuk setiap new issuance pada akhirnya para investor meminta imbal hasil yang cukup tinggi,” kata Dimas ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/7).
Hal tersebut yang pada akhirnya membuat yield sukuk korporasi ataupun obligasi konvensional mengalami kenaikan. Namun, Dimas menerangkan, di satu sisi hal ini memberikan sinyal positif karena berapapun yield yang ada di pasar, kebanyakan emiten tetap mengambilnya. Hal tersebut mengindikasikan kinerja kebanyakan perusahaan dari sisi balance sheet-nya masih cukup solid.
Memasuki semester II-2020, Dimas cukup optimistis jika penerbitan sukuk korporasi akan lebih banyak. Penyebabnya adalah besaran yield yang diminta para investor akan jauh lebih kecil pada semester ini.
Selain itu, profil jatuh tempo di semester II-2020 juga lebih besar sehingga berpotensi ada perbaikan dari sisi supply sukuk korporasi.
“Jika bicara demand, sukuk korporasi ini cukup potensial karena demand surat utang syariah selalu ada, seperti reksadana pasar uang syariah dan reksadana pendapatan tetap syariah misalnya. Dengan supply sukuk yang lumayan terbatas, dari sisi yield-nya pada akhirnya ada premium spread-nya dibanding obligasi konvensional,” lanjut Dimas.
Baca Juga: Penerbitan surat utang korporasi turun 49,30% pada semester I-2020
Dimas menyebut penerbitan sukuk korporasi sejatinya punya potensi yang sangat besar. Dimas mencontohkan, sukuk korporasi dari emiten yang punya rating AAA dengan kuponnya yang kecil, hampir pasti sukuknya oversubscribe.
Dengan potensi ekonomi syariah yang masih potensial serta demand yang selalu ada, ini menjadi salah satu peluang menarik bagi para penerbit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News